Pinocchio dan Indonesia

Tema blog saya sebenarnya adalah kejadian dalam hidup saya, layaknya sebuah diary. Tapi terkadang saya suka berkomentar tentang keadaan dunia dan mengutarakan pendapat saya jika saya sedang gemas-gemasnya.

Well, a lil bit disclaimer before you read more: "saya menulis untuk diri sendiri, bukan orderan. Soal kalian setuju atau tidak, tidaklah menjadi urusan".
I think it's clear enough. Damai ya :)

Seperti malam ini, sekitar setengah jam yang lalu saya menonton televisi; sebuah kegiatan yang sering saya lakukan saat menghabiskan nasi dan lauknya (who has the same habit as mine?). Kadang saya fokus, kadang hanya untuk mengusir sepi. Ketika fokus, saya menyimak apa yang ada di televisi dan ganti channel saat iklan diputar. Ketika benar-benar fokus, saya tidak akan pindah saluran meski ada pariwara. Ketika mengusir sepi, biasanya pikiran saya menonton 'televisi' imajinasi.

Nah, malam ini saya membuktikan bahwa apa yang pernah saya lihat di sebuah drama korea berjudul Pinocchio benar-benar terjadi di Indonesia. Dunia jurnalistik saat ini ternyata sekeras itu. Saat media tidak lagi menjadi agen pembawa kebenaran tetapi pencari pembenaran. Saat media menjadikan sebuah kejadian sesuai 'orderan' penguasanya. Sehingga nggak jarang sekarang kita menemukan antara satu channel dengan channel lainnya mempunyai berita dengan headline dan isi yang berbanding terbalik. Sehingga kita harus memilih dengan filter kita sendiri, mana yang paling masuk akal dan sesuai hati nurani.

Berita yang saya lihat malam ini adalah tentang pidato seorang pendiri sebuah partai kepada orang partainya sendiri. Beruntung malam kemarin saya berkesempatan mengikuti isi pidato tersebut sehingga saat dua berita yang bernada berbeda disandingkan, saya jadi punya referensi sendiri, bukan dari potongan pidato yang sesuka hati media-media itu menyimpulkannya. Satu media cenderung tendensius sementara media lain sebaliknya di waktu yang hampir bersamaan malam ini.

Saat itulah saya teringat drama Pinocchio. Dimana dalam drama tersebut dikisahkan bahwa media sangat tergila-gila dengan rating. Apapun akan dilakukan. Namun semua kembali lagi kepada nurani pihak-pihak yang bekerja di dalamnya.


Ada media yang mendramatisir bahkan cenderung memelintir suatu kejadian dengan bahasa-bahasa yang seolah-olah memang demikian adanya sehingga masyarakat percaya untuk mendulang rating dan melindungi suatu pihak tertentu, bahkan tak jarang mereka tega membiarkan orang-orang terluka hanya agar berita mereka lebih 'nyata'. Di sisi lain, ada media yang berusaha mencari rating dengan memberitakan apa adanya, fokus pada masalah yang sedang berlangsung, dan berpihak pada kepentingan masyarakat. Biasanya malah media seperti ini yang ditinggalkan.

Itu yang saya lihat dalam drama, tapi yang saya lihat di televisi tadi menurut saya keduanya ada unsur politis, meski lagi-lagi menurut saya ada yang lebih tepat dalam menyimpulkan suatu kejadian karena sebelumnya saya sudah melihat apa yang terjadi.

Lebih lanjut, beberapa tahun lalu saya juga beruntung pernah diberikan kesempatan menyaksikan langsung betapa pongah dan sombongnya seseorang mengucapkan sesuatu di media seolah-olah dia tidak akan melakukannya, namun dipastikan dia menjilat ludahnya sendiri di depan semua orang sehingga saat itu, menurut saya, saya memiliki filter untuk mengambil keputusan yang tepat, menurut saya (lagi). #menolaklupa

Sedih sekali menyaksikan keadaan Indonesia saat ini, semuanya terlihat seperti drama korea, dimana orang sudah tau apa yang sebenarnya terjadi tapi tidak bisa berbuat banyak, atau bahkan apatis. Lagi-lagi kalau begini rakyat kecil seperti saya yang jadi korbannya.

Saya berharap semoga kita semua diberikan mata yang jernih untuk melihat, pikiran yang cerdas untuk menganalisa, dan hati yang mulia untuk menyaring segala macam berita. Allah sudah mengingatkan kita untuk tabayyun sebelum percaya jika datang orang fasik menyampaikan berita. Lalu siapa orang fasik itu? Silakan cari maknanya pada sumber terpercaya, semoga kita tidak termasuk di dalamnya.

Comments

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja