Pak AMIEN, a real RAIS!




Saya sudah mengenal sosok Amien Rais sejak saya masih anak-anak, walaupun hanya nama beliau yang sering saya dengar dari Ayah saya. Sepertinya Ayah sangat kagum terhadap sosok yang satu ini. Saat itu karena masih terlalu kecil saya belum terlalu mengerti dan angguk2 saja.

Seiring berjalan waktu, saya tidak terlalu update mengenai berita tentang tokoh nasional yang satu ini. Sampai akhirnya tadi ketika makan siang sambil nonton televisi, jari tangan saya memencet tombol remote dan akhirnya pindah channel ke TVRI karena acara lain yang saya tonton sedang jeda iklan. Awalnya saya tidak berniat untuk terus mengikuti acara di TVRI tersebut karena ya selama ini bagi saya stasiun televisi itu kurang menarik bagi saya. Saat itu ada program “Semakin Dekat dengan TOKOH”. 

Setelah sedikit serius menyimak, saya jadi tak ingin pindah channel dulu, toh channel yang saya tonton sebelumnya juga rasanya gak ada apa-apanya dibanding pengetahuan yang akan saya dapat dari acara ini. Saat itu pak Amien Rais lah tokoh yang menjadi topik. Pengalaman organisasi dan politik beliau serta kontribusi beliau untuk negeri menjadi ulasan pembuka. Dari situ saya semakin tahu bahwa beliau memang layak mendapat sebutan Lokomotif Reformasi karena beliau sering berada di barisan depan bersama para mahasiswa untuk mewujudkan reformasi Indonesia saat itu.

Beliau juga sosok yang sangat berani, bahkan untuk menentang pihak asing yang mencampuri urusan bangsa kita dan tidak segan-segan untuk menyebutkan negara apa saja. Beliau menganggap telah terjadi penjajahan baru seperti VOC dan bahkan lebih banyak lagi VOC yang ada, kalau dulu VOC hanya dari Belanda, sekarang dari berbagai negara yang menguasai ekonomi negara kita.

Beliau kecewa dengan elit politik yang membuka pintu selebar-lebarnya untuk asing, yang menurut beliau seharusnya tidak selebar itu, untuk ikut campur dalam penguasaan sumber daya alam Indonesia. Beliau juga sangat menyayangkan tentang bagian yang diterima negara kita atas eksplorasi sumber daya tersebut, beliau mencontohkan kasus PT Freeport yang merupakan the biggest mining gold in the world, Indonesia hanya mendapat bagian 1% saja dan itupun berdasarkan perhitungan PT Freeport, sangat mengherankan sekali, bahkan di Papua itu banyak orang asing yang bukan wisatawan berkeliaran untuk menjalankan proyek2 tertentu dengan “bebas”. Sungguh menurut beliau tidak ada negara di dunia ini yang hanya mau menerima bagian 1% setelah sumber daya alamnya dikeruk selain negara kita yang “dermawan” ini. Apalagi sumber daya alam itu adalah yang terbesar di dunia. What’s wrong?

Menurut beliau, ketika seseorang menjadi presiden atau elit politik lainnya di negeri ini, saat itu juga kepentingan partai harus selesai karena kepentingan negeri lah yang harus dijunjung tinggi saat itu. Tinggalkan jabatan-jabatan tertentu di partai karena jika tidak, sadar atau tidak pemimpin tersebut akan membuat keputusan untuk negeri sementara masih berhubungan dengan partai tertentu, otomatis masukan-masukan partai akan lebih terdengar dan pada akhirnya lebih menjalankan kepentingan partai saja.

Kita dulunya adalah bangsa yang besar, berani, bukan pemalu seperti saat ini. Bung Karno, Bung Hatta, Diponegoro, Sultan Iskandar Muda, dan pahlawan bangsa lainnya telah membangun bangsa ini menjadi bangsa yang tak takut akan ancaman-ancaman, namun sungguh disayangkan saat ini yang ada adalah mental bangsa kita menjadi lemah karena berbagai faktor, kita dulunya diperhitungkan dan disegani bukan berada di bawah seperti saat ini, dan sudah saatnya kita bangkit.

Beliau juga sosok yang sangat agamis, ini yang juga membuat saya kagum, bahkan beliau bercita-cita membuat buku mengenai Islamophobia dan buku tentang keadaan negeri ini. Terkait Islamophobia, beliau sangat menyayangkan bahwa kini masyarakat cenderung takut dengan Islam tanpa alasan yang jelas.

Ibu adalah sosok inspiratif bagi beliau. Pernah suatu ketika beliau ditawarkan maju sebagai calon presiden saat masih menjabat sebagai ketua MPR, godaan saat itu lumayan besar menurut saya karena beliau punya potensi, beliau juga dihadapkan tentang rasa ingin memperbaiki negeri, namun akhirnya beliau minta saran dari ibu beliau dan ibu beliau berkata saat itu lupakan, itu bukan kapling kamu. Dan begitulah, beliau menuruti nasihat sang ibu dan ternyata memang terbukti nasihat seorang ibu itu ampuh.

Menurut beliau, setiap orang itu ada porsinya dalam menbangun negeri, ada kapling masing-masing. Begitu juga saat ditanya kenapa gaung beliau sudah meredup, menurut beliau hidup ini seperti siklus dalam artian ada saatnya beliau bertindak A di saat usia X, bertindak B di usia X+n, dst.

Di usia senja, beliau masih peduli dengan negeri ini, beliau telah membebaskan lahan yang cukup luas untuk pembangunan gedung pendidikan yang sangat lengkap termasuk sarana ibadah, olahraga, musik, dan lainnya. Beliau juga yakin, selain berdampak baik bagi lingkungan sosial, pendidikan juga merupakan amal jariyah yang akan terus mengalir pahalanya bahkan ketika beliaun tidak lagi di dunia ini. Luar biasa, pak!

Beliau juga mengingatkan kita bahwa nantinya di akhirat cucu Adam itu akan terbagi menjadi dua golongan, golongan yang menerima catatan amal dengan tangan kanan dan golongan yang menerima catatan amal dari belakang dengan tangan kiri.
Golongan kanan ini tentunya ia akan sangat bahagia dan bercerita kepada keluarganya bahwa ia telah sukses dan masuk surga. Sedangkan golongan yang satunya lagi adalah golongan yang tidak mendapat ridha Allah dan akhirnya masuk neraka, bahkan, orang yang ketika di dunia ini merasa telah berbuat kebaikan yang banyak dan mungkin diprediksi masuk surga pun bisa menjadi golongan yang ke dua ini, kenapa? Ternyata di atas segala kebaikan itu, ada satu hal yang tidak mereka dapat, yaitu ridha Allah, kenapa? Sedikit tambahan dari saya, secara pintas kok kayaknya Tuhan tidak Adil padahal mereka sudah berbuat banyak, menurut saya itu kembali kepada niat mereka berbuat dan bagaimana proses mereka menjalankan perbuatan itu. Jika tidak ada niat mencari ridha yang Kuasa, jika merasa dirilah yang satu-satunya berjasa, jika tidak mengindahkan nilai-nilai agama, bagaimana Sang Pencipta akan respect dengan usaha kita. Analoginya gini menurut saya, bagaimana bisa kita dapat sesuatu yang berharga dari penguasa sementara kita menjalankan sesuatu tidak sesuai aturannya konon lagi kita tidak mengakui keberadaannya, dan seterusnya.
 
Pemikiran beliau yang sangat terbuka dan balance ini juga mungkin dilatarbelakangi oleh background pendidikan beliau antara Timur dan Barat. Kadang bahkan pemikiran beliau sangat berani sehingga pihak “asing” cenderung tidak menyukai beliau karena bisa menghambat rencana-rencana mereka di Indonesia.
Dalam “pertemuan” singkat tadi, itulah yang dapat saya tangkap dari sosok Amien Rais dan saya sangat terinspirasi. Kini saya juga semakin tahu kenapa Ayah kagum sekali dengan beliau. 

Keep inspiring pak Amien, May Allah always bless you dan semoga tulisan-tulisan inspiringnya segera terbit, can’t wait to read! :-)

Comments

  1. Wah luar biasa sekali ya pak Amien Rais. Saya juga kagum sama beliu dengan kecerdasan yang dimiliki. Semoga ada generasi baru yang bisa menggantikan beliu kelak. :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, sepakat mas ikhsan.. semoga ada regenerasi di kemudian hari :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja