Posts

Showing posts from May, 2017

Rendang Mamak is The Best

Saya rasa hampir semua orang Indonesia familiar dengan rendang, terutama yang berasal dari Pulau Sumatera. Rendang identik dengan festival, hari besar, hingga hajatan. Rendang juga identik dengan Padang tapi Aceh juga punya Rendang. Dan seperti setiap daerah di Aceh yang punya logat berbeda-beda dalam pelafalan bahasa, Rendang pun juga dimasak agak sedikit berbeda dengan daerah satu dan lainnya, setidaknya itu pengamatan saya yang belakangan ini tertarik dengan urusan dapur (it's such a big achievement for me). Jadi, dalam memasak rendang, lengkuas adalah salah satu bahan penting. Di dunia maya saya pernah menemukan meme seorang bocah menangis karena menggigit lengkuas setelah sebelumnya mengira itu adalah potongan daging terbesar. Itu terjadi karena cara memasaknya dengan menggeprek lengkuasnya. Nah, saya baru tau ternyata resep rendang mamak tidak begitu, pantes selama ini saya anteng2 aja makan rendang rumahan. Resep mamak emang the best lah. Lengkuasnya ikut diblender denga

Stop Judging, You Sharp Mouths!

Familiar gak sih sama kalimat begini: "Ih, kok mau ya dia sama calonnya itu. Kan fisiknya biasa aja (kalau nggak dibilang jelek). Oh, pasti deh karena dia udah punya mobil, atau mungkin karena dia gajinya gede, pantes sih" atau... "calonnya itu ganteng ya, kegantengan sih buat dia... Kok bisa ya" Nah loh, yang ga ganteng salah, yang ganteng pun salah. Orang-orang yang berkomentar tentang hidup orang lain itu tak akan pernah setuju dengan pilihan orang yang dikomentarinya. Kalau ganteng, dibilang ga pantas. Nggak ganteng, dibilang karena matre. Duh salah aja ya. Mereka emang suka aja ngomong begitu lalu pergi. Mungkin motifnya menyenangkan diri mereka sendiri kalau nggak bisa disebut iri.

Fatwa Shopping

This post is still about religion; about Islam. Before, I wrote in Bahasa Indonesia and this time I'll write in English. The contents are not the same though. Yesterday, I experienced to meet a professor from a university in Sidney. We were in informal meeting and we shared a bit of this and that.  The main topic was about Islam and Islamic economics. Then at a time, we talked about fatwa shopping. What is fatwa shopping? You know when you disagree with a fatwa of an ulama because it doesn't benefit you, then you ask another ulama until you find a right fatwa that suits your preference best. You just take the fatwa that benefits you. Otherwise, you come to another ulama again. It's called fatwa shopping.  It is indeed that Islam is easy. However, when you choose a certain imaam, means that you have to follow all of His fatwas. You cannot choose fatwa about A from ulama B while for fatwa about B you choose fatwa from ulama A. It's called inconsistency unless

Agama: Antara Logika dan Hati

Postingan ini terinspirasi dari sebuah postingan di dunia maya oleh sebuah akun yang saya ikuti tentang ketidaksetujuannya dengan pendapat orang terdekatnya bahwa beragama itu harus dengan hati. Ia yakin bahwa beragama harus dengan logika. Saya tau kemana arah pembicaraannya. Tetapi tetap saya sukai postingannya. Ditambah lagi dia menambah dua balasan atas postingannya tadi.. Pertama dia mengatakan bahwa Tuhan itu memberikan kita akal, jadi harus dipake. Well,  balasan selanjutnya agak tendensius, saya kurang suka sih, karena seolah-olah orang yang tidak berada di logika yang sama dengan miliknya adalah orang yg ga mikir, ga logis, ga pake otak. Lucu sih bagi saya. Tapi tak perlu saya tanggapi di sana lah. Yang akan saya bahas adalah saya setuju jika kita beragama maka kita harus menjalankannya dengan logis. Pakai otak. Pakai logika. Kenapa A, kenapa B, kenapa tidak C, kenapa harus D? Bahkan Allah dalam Al-Quran berulang kali mengulang frase "afalaa tatafakkaruun" ata

Nikmati Ramadhan dengan Asik Meski Masih Sendiri

Alhamdulillah sebentar lagi Ramadhan. Tahun lalu saya berharap Ramadhan ini udah ga sendiri lagi. Tapi kenyataannya saya malah bersyukur sekali dengan kesendirian ini, pikiran saya berubah. Saya tidak bisa bayangkan jika Ramadhan ini saya harus bangun sahur lebih awal, lebih cepat check in ke dapur menjelang berbuka, bangun-bangun dengan rambut singa tetiba ada yang lebih mengerikan dari singa di sebelah saya, harus beneran minta izin kalau mau buka bareng sana sini, agak kurang bebas safari masjid tarawih kesana kemari, dan lain-lain. Ya, saya senang sekali Ramadhan kali ini masih bisa menikmati nikmatnya ibadah sendiri, bobok cantik sendiri sesuka hati, sahur dan berbuka masih sama mamak sendiri, izin bukber masi minta sama mamak yang pasti lebih mudah di acc, ga harus peutimang orang lain, masih bisa tarawih sana sini tanpa diskusi, bangun sahur masih bisa sesuka hati, ga sahur pun gak apa mamak tetap paling mengerti, menu berbuka tinggal tunjuk aja sama kakak2 jualan pinggi