Posts

Showing posts from 2017

Ketenangan Diri

Semakin kita bertambah usia, jika kita belajar dan peka, maka semakin bertambah pula kedewasaan kita. Meski tak jarang kedewasaan itu tak melulu soal usia. Tapi, pengalaman memang juga benar adalah sosok guru yang bijaksana jika kita mau berguru dan menempa diri dengannya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Menjelang usia yang dibilang sudah tak lagi muda bahkan hampir kepala tiga, saya merasa banyak sekali pelajaran hidup yang membuat saya menjadi pribadi yang lebih tenang meski saya tau saya selalu punya kesempatan bertemu dengan serigala berbulu domba. Meski saya sudah pernah mengalami hal yang paling pahit soal kepercayaan, meski saya sudah pernah ditinggal begitu saja tanpa pemberitaan, meski saya pernah dijanjikan harapan-harapan tak pasti berulang kali, atau meski saya harus pergi meski saya telah berkorban sepenuh hati. Saya tetap menjadi orang yang mudah percaya pada orang lain, saya tetap menjadi orang yang akan membantu seseorang yang pernah 'jahat' kepad

Ketemu Elly

Jadi kemarin saya akhirnya bertemu kembali dengan teman lama saya setelah 3 tahun lebih ngga pernah bertatap muka lagi karena jarak dan kesibukan. Selama tiga tahun itu, tentu saja ada perubahan-perubahan yang telah terjadi di masing-masing hidup kami. Saya yang sudah punya gelar tambahan di belakang nama saya, Elly yang sudah punya suami dan seorang anak yang lucu. Meskipun keadaan kami berubah dan tiga tahun lebih  berpisah, pertemuan singkat kemarin terasa seakan kami tetap dekat seperti dulu. Pembicaraan kami mengalir seperti tiga tahun lalu, tidak ada dinding apapun yang berarti. Ada satu hal yang sangat saya nanti jika bertemu Elly, dan itu juga terjadi di pertemuan kemarin. Bertemu dengan Elly berarti sama dengan mengecas kembali iman yang sering naik turun ini. Bagi saya, Elly selalu menginspirasi dengan cerita-cerita "usaha langit"nya. Bagaimana hikmah yang dia dapat dari "merayu Tuhan", dan dia adalah seorang saksi hidup yang mengalami langsung semuanya

Mengenalmu

Mengenalmu bukanlah sebuah kebetulan karna ku yakin semuanya adalah rencana Tuhan Meski demikian, ku tak pernah berharap akan mengenalmu dengan cara begitu, tapi jika memang sudah begitu jalan takdirku, aku cukup bahagia melewati jalan itu. Mengenalmu adalah hal yang tak kurencanakan tapi aku bisa apa dengan Takdir Tuhan Mengenalmu ternyata membawa warna baru dalam kehidupan membuat hari-hariku cerah kembali seakan disinari mentari harapan Mengenalmu membuatku merasakan kembali sesuatu yang telah hilang selama ini rasa senang dan rasa khawatir aku bahagia bertemu dengan seseorang yang baru seseorang yang mungkin akan bersama-sama menulis lembaran baru denganku Tapi, aku juga tak ingin berbohong jika di saat yang sama aku tak bisa menampik rasa khawatirku Aku takut, kamu sama seperti yang sudah-sudah Aku takut, kamu malah membuat retak hati bertambah parah Aku takut, setelah mengenalmu, semuanya semakin tak mudah Aku takut, tangisan itu kembali tumpah Tapi, aku bis

Rendang Mamak is The Best

Saya rasa hampir semua orang Indonesia familiar dengan rendang, terutama yang berasal dari Pulau Sumatera. Rendang identik dengan festival, hari besar, hingga hajatan. Rendang juga identik dengan Padang tapi Aceh juga punya Rendang. Dan seperti setiap daerah di Aceh yang punya logat berbeda-beda dalam pelafalan bahasa, Rendang pun juga dimasak agak sedikit berbeda dengan daerah satu dan lainnya, setidaknya itu pengamatan saya yang belakangan ini tertarik dengan urusan dapur (it's such a big achievement for me). Jadi, dalam memasak rendang, lengkuas adalah salah satu bahan penting. Di dunia maya saya pernah menemukan meme seorang bocah menangis karena menggigit lengkuas setelah sebelumnya mengira itu adalah potongan daging terbesar. Itu terjadi karena cara memasaknya dengan menggeprek lengkuasnya. Nah, saya baru tau ternyata resep rendang mamak tidak begitu, pantes selama ini saya anteng2 aja makan rendang rumahan. Resep mamak emang the best lah. Lengkuasnya ikut diblender denga

Stop Judging, You Sharp Mouths!

Familiar gak sih sama kalimat begini: "Ih, kok mau ya dia sama calonnya itu. Kan fisiknya biasa aja (kalau nggak dibilang jelek). Oh, pasti deh karena dia udah punya mobil, atau mungkin karena dia gajinya gede, pantes sih" atau... "calonnya itu ganteng ya, kegantengan sih buat dia... Kok bisa ya" Nah loh, yang ga ganteng salah, yang ganteng pun salah. Orang-orang yang berkomentar tentang hidup orang lain itu tak akan pernah setuju dengan pilihan orang yang dikomentarinya. Kalau ganteng, dibilang ga pantas. Nggak ganteng, dibilang karena matre. Duh salah aja ya. Mereka emang suka aja ngomong begitu lalu pergi. Mungkin motifnya menyenangkan diri mereka sendiri kalau nggak bisa disebut iri.

Fatwa Shopping

This post is still about religion; about Islam. Before, I wrote in Bahasa Indonesia and this time I'll write in English. The contents are not the same though. Yesterday, I experienced to meet a professor from a university in Sidney. We were in informal meeting and we shared a bit of this and that.  The main topic was about Islam and Islamic economics. Then at a time, we talked about fatwa shopping. What is fatwa shopping? You know when you disagree with a fatwa of an ulama because it doesn't benefit you, then you ask another ulama until you find a right fatwa that suits your preference best. You just take the fatwa that benefits you. Otherwise, you come to another ulama again. It's called fatwa shopping.  It is indeed that Islam is easy. However, when you choose a certain imaam, means that you have to follow all of His fatwas. You cannot choose fatwa about A from ulama B while for fatwa about B you choose fatwa from ulama A. It's called inconsistency unless

Agama: Antara Logika dan Hati

Postingan ini terinspirasi dari sebuah postingan di dunia maya oleh sebuah akun yang saya ikuti tentang ketidaksetujuannya dengan pendapat orang terdekatnya bahwa beragama itu harus dengan hati. Ia yakin bahwa beragama harus dengan logika. Saya tau kemana arah pembicaraannya. Tetapi tetap saya sukai postingannya. Ditambah lagi dia menambah dua balasan atas postingannya tadi.. Pertama dia mengatakan bahwa Tuhan itu memberikan kita akal, jadi harus dipake. Well,  balasan selanjutnya agak tendensius, saya kurang suka sih, karena seolah-olah orang yang tidak berada di logika yang sama dengan miliknya adalah orang yg ga mikir, ga logis, ga pake otak. Lucu sih bagi saya. Tapi tak perlu saya tanggapi di sana lah. Yang akan saya bahas adalah saya setuju jika kita beragama maka kita harus menjalankannya dengan logis. Pakai otak. Pakai logika. Kenapa A, kenapa B, kenapa tidak C, kenapa harus D? Bahkan Allah dalam Al-Quran berulang kali mengulang frase "afalaa tatafakkaruun" ata

Nikmati Ramadhan dengan Asik Meski Masih Sendiri

Alhamdulillah sebentar lagi Ramadhan. Tahun lalu saya berharap Ramadhan ini udah ga sendiri lagi. Tapi kenyataannya saya malah bersyukur sekali dengan kesendirian ini, pikiran saya berubah. Saya tidak bisa bayangkan jika Ramadhan ini saya harus bangun sahur lebih awal, lebih cepat check in ke dapur menjelang berbuka, bangun-bangun dengan rambut singa tetiba ada yang lebih mengerikan dari singa di sebelah saya, harus beneran minta izin kalau mau buka bareng sana sini, agak kurang bebas safari masjid tarawih kesana kemari, dan lain-lain. Ya, saya senang sekali Ramadhan kali ini masih bisa menikmati nikmatnya ibadah sendiri, bobok cantik sendiri sesuka hati, sahur dan berbuka masih sama mamak sendiri, izin bukber masi minta sama mamak yang pasti lebih mudah di acc, ga harus peutimang orang lain, masih bisa tarawih sana sini tanpa diskusi, bangun sahur masih bisa sesuka hati, ga sahur pun gak apa mamak tetap paling mengerti, menu berbuka tinggal tunjuk aja sama kakak2 jualan pinggi

Maybe God Is Making You Wait Because He Wants You To Learn That There’s No Timeline For Anything In Life (Indonesian Version)

Ini adalah tulisan versi Bahasa Indonesia menurut saya dari tulisannya Rania Naim. Saya menulis ulang tulisannya dalam Bahasa Indonesia karena menurut saya tulisannya bagus dan ingin menambah beberapa pendapat dan pengalaman saya tentang tulisan tersebut. Tulisan Rania yang saya terjemahkan akan saya buat dalam format rata kanan dan bold , sedangkan pendapat saya akan berbentuk rata kiri dengan efek italic . Tulisan aslinya dalam bahasa Inggris bisa dilihat di link ini . Mohon maaf jika postingan kali ini agak panjang ya, lovely readers ! *** Mungkin Tuhan Membuatmu Menunggu Karena Ia Ingin Kamu Belajar Bahwa Tidak Ada yang Namanya Batas Waktu untuk Apapun dalam Hidup Mungkin kamu tidak menjadi yang kamu mau saat berusia 20, 30, atau 40 karena Tuhan sedang mengajarkanmu bahwa kamu tidak boleh terus hidup berdasarkan apa yang diinginkan lingkunganmu, atau apa yang orang tuamu harapkan, atau bahkan apa yang kamu inginkan. Mungkin, pelajarannya adalah untuk melepaska

To the next level: Ibrah

Sore ini saya belajar lagi, bukan hal baru tapi saya seakan saya belajar hal yang sama dengan tingkat yang berbeda, ibarat dulu di kuliah, setelah belajar Pengantar Akuntansi, saya belajar Akuntansi Intermediate. Materinya hampir sama, level pemahamannya lebih dalam sedikit. Saya belajar bahwa sesuatu yang terus terjadi berulang kali kepada saya akhir-akhir ini adalah untuk kebaikan saya. Cara Allah menjaga saya, cara Allah membawa saya ke suatu titik yang lebih bijaksana. Tidak bisa saya bayangkan jika skenario hidup saya tidak seperti yang sering terjadi, yang sering saya keluhkan. Bisa jadi saya malah semakin terombang-ambing dalam kebingungan, bisa jadi saya semakin terbawa arus yang tidak cocok untuk saya. Alhamdulillah. Tidak jarang saya 'protes' kepada Allah, kenapa seakan saya tidak pernah berhenti dicoba dengan hal yang sama. Kesalahan apa yang belum selesai saya taubatkan? Kapan saya selesai dengan urusan ini? Tak jarang saya 'ngambek' sama Allah. Kalau

Bunuh Diri

Judulnya serem ya? Well, seserem apapun judul di atas, saya rasa fakta dan data yang terjadi di dunia lebih menyeramkan lagi. Bunuh diri adalah satu hal yang sudah sangat sering terjadi di berbagai belahan dunia namun seakan masih tabu untuk dibahas. Pelakunya saat ini bukan saja di kalangan remaja, dewasa hingga orang tua pun kadang melakukannya dengan berbagai dalih mulai dari hal-hal 'kecil' menurut kita seperti malu karena keadaan diri (both physically and mentally), melakukan kesalahan tertentu, lelah hidup ditinggal pacar atau suami/istri, depresi, hingga faktor 'besar' seperti sudah lelah dengan ketergantungan obat-obatan atau bahkan faktor konyol seperti coba-coba atau ikut challenge bodoh yang tidak mendidik sama sekali yang banyak kita jumpai dewasa ini. Lalu kenapa ada orang yang masih bisa bertahan dengan hidupnya dan ada orang yang menyerah dan memilih mengakhiri hidupnya? Ada beberapa jawaban terkait hal ini, baik dari segi religi maupun psikologi. Saya

Yakin

Akhir-akhir ini ada beberapa kejadian baru dalam hidup saya. Kejadian yang sebelumnya memikirkan pun tak pernah. Kejadian yang dulunya saya anggap sebagai sesuatu yang aneh yang tidak akan pernah terjadi dalam hidup seorang Ana, yang tidak masuk logika saya meski saya tau itu adalah jalan yang sesuai tuntunan. Namun, ada suatu waktu dimana Allah akan menunjukkan hikmahnya kepada kita. Syukur alhamdulillah jika kita mau membuka hati dan pikiran untuk menerimanya. Mencoba memahami sesuatu yang dulunya tak pernah kita mengerti. Menjalani dulu baru kemudian merasakan hikmah yang tersembunyi. Dan saya pun semakin yakin setiap harinya kepada betapa Maha Baiknya sang Pencipta yang telah memberikan terms and conditions untuk kebaikan diri kita sendiri, sudah menurunkan manual book untuk kita amalkan, dan jika kita mau melakukan semua peraturan, yang pada dasarnya untuk kebaikan kita itu, maka kita malah diberikan reward dunia akhirat, kurang baik apalagi coba, ya Allah. Hanya saja kecend

Timphan: Sebuah Sumber Keberanian

Kita tidak pernah benar-benar tau sumber keberanian kita hingga kita melakukan sesuatu karena itu. Banyak orang mengatakan keberanian datang saat posisi kita terdesak, direndahkan, atau ada sesuatu yang kita perjuangkan. Saya setuju saja dengan pendapat di atas. Tapi, trigger keberanian itu sepertinya bisa datang dari mana saja, dari hal-hal sederhana sekalipun. Hanya karena hal sepele yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, kita jadi mudah saja melakukan hal yang sebelumnya terasa penuh pertimbangan untuk diwujudkan. Seperti sore ini, sumber keberanian saya adalah timphan . Ya, timphan. Jajanan tradisional khas Aceh yang dikukus dan berbungkus daun pisang dan rasanya manis kayak yang lagi nulis #eh :D Hanya karena timphan, saya jadi berani melakukan suatu hal yang selama ini gensi sekali saya lakukan. Dan mudah sekali saya melakukannya, rasanya gengsi itu lenyap seketika. Timphan, bagi saya hari ini lebih dari sekedar makanan. Timphan adalah sumber keberanian dari Tuhan. T

A Better Self Project: Tribute to Ramadhan

Tak terasa bulan yang paling dinantikan setiap tahunnya akan segera datang lagi. Keinginan untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik kembali menggebu. Didukung oleh muhasabah diri yang menghasilkan beberapa catatan buruk yang berulang, yang disesalkan setiap malamnya, namun kembali habitually terulang kembali. Dosa yang kadang dianggap permisif untuk dilakukan dengan alasan curhat and telling the truth, padahal jelas Allah sudah melarang perbuatan tersebut hingga menyamakannya dengan memakan bangkai. Yup, nama dosanya ghibah. Sudah sejak kuliah S1 saya sadar betul bahwa ghibah bukanlah suatu hal yang baik, yang bahkan bisa memakan pahala baik yang kita lakukan. Pernah dalam suatu level hidup, saya berhasil mengurangi jumlah dosa ini secara drastis karena teman yang sering ajak bicara punya visi yang sama, jadi ketika kami bertemu pun perbincangan kami sangat jauh dari yang namanya gosip. Namun, waktu berlalu dan kami sudah susah untuk saling bertemu dan mengingatkan seperti dulu,

Catatan Akhir Minggu: Mati Lampu

Sejauh ingatan masa kecil saya, rasanya memang di Aceh ini udah terbiasa dengan mati lampu, bukan lagi hal yang aneh jika tiba-tiba harus padam listrik, tidak ada panik yang tersisa, palingan kesal saja jika ada tugas yang harus diselesaikan. Ada satu kebiasaan lama yg sudah kami tinggalkan jika mati lampu, entah apa penyebabnya. Padahal kebiasaan itu sungguh menyenangkan bagi saya. Dulu, saat mati lampu di malam hari, kami pasti keluar rumah duduk di teras, berkumpul satu keluarga, bercerita tentang apa saja sambil sesekali menghitung bintang hingga lampu menyala. Saya lupa sejak kapan kami berhenti melakukan itu. Ketika saya ingin menghidupkan lagi suasana itu, saya rasa sia-sia. Mungkin mamak lebih memilih tidur karena lelah dan usia beliau lebih menganjurkan untuk istirahat daripada menikmati angin malam. Adik? Apalagi. Boro-boro ngumpul, keluar dari "sarang"nya aja males. Well, mungkin nanti, jika mati lampu masih menjadi tabiat, saya akan mengajak dia mengulang h

Begini Sekali Ya

Now  please tell  me  how  to  be  strong  after  you  stayed  strong  for  a  looooooong  period  but  then  you  have  to  keep  stronger  than  ever? I have broken into pieces but I survived.  However , I am tired, exhausted.

Ghost

Image
Ghost yang akan saya bahas kali ini adalah judul sebuah drakor yang diperankan So Ji Sub . Awalnya saya mengira ini film hantu kayak Master Sun, ternyata Ghost di sini merujuk pada sosok misterius yang terus bekerja dibalik layar. Saya tidak akan membahas bagaimana alur cerita drama ini, tetapi apa yang saya dapat setelah menonton drama tersebut. Well , kesan pertama saya adalah produser drama Korea memang keren, mulai dari drama Sejarah sampai drama detektif begini bisa jadi tontonan menarik yang dikemas dengan apik. Memang ada beberapa scenes yang cacat logika menurut saya. Namun, Ghost telah sukses membuat saya begadang beberapa malam ini karena saya penasaran dengan ceritanya. Drama tersebut, menurut saya, mewakili kejadian di dunia nyata more or less . Bagaimana seorang pengusaha rakus yang apapun motifnya dari dulu hingga sekarang selalu saja ingin menguasai dunia perpolitikan. Dulu, orang-orang penting di suatu negara termasuk kepolisian dan kejaksaan, dalam drama ini

Pertanyaan paling Menyakitkan

Mungkin ketika jomblo ngenes ditanya tentang apa pertanyaan paling menyakitkan, jawabannya adalah ' kapan kawin? '. Meskipun saya jomblo dan mungkin dianggap ngenes, pertanyaan kapan kawin hanya sejenis sh*tty question yang tidak menyakitkan tapi hanya sampai pada level menyebalkan. Lalu, bagaimanakah pertanyaan paling menyakitkan bagi saya? Hmm, saya tidak punya kriteria khusus selain ketika pertanyaan itu terlontar, ada bagian hati saya yang serasa ditusuk kata-kata tajam lidah tak bertulang, dan dunia sekeliling saya dan dia seakan diam sejenak. Ada dua pertanyaan paling menyakitkan yang masih saya ingat sampai sekarang meski kejadiannya sudah lama. Pertama , pertanyaan 12 tahun lalu dari seseorang yang baru mengenal saya satu dua hari. Lantas di suatu malam gelap yang hanya bercahayakan lilin karena listrik padam, sebab tsunami baru saja beberapa hari menghampiri, pada malam itu dia bertanya pada saya setelah melihat saya begitu ceria dan kadang tertawa sesekali mena

#LifeHack: Membuat Sisir Kembali Baru

Sebagai seorang wanita tim rambut diikat atau dikuncir, sisir adalah benda wajib yang harus saya miliki. Namun demikian, dalam waktu pemakaian tertentu, sisir saya menjadi tak enak dipandang dan dipakai karena ada hair debris berwarna abu-abu yang mengendap. Dulu saya membersihkannya dengan sikat gigi bekas pakai dan tusuk gigi, namun tingkat kebersihannya cuma 85-90℅. Belum lagi jika bentuk sisirnya bukan tail comb tapi bentuk paddle brush , makin susah deh ngebersihinnya. Akhirnya suatu hari saya menemukan cara mudah membersihkan sisir rambut. Dan baru hari ini saya mencobanya. Well, IT WORKS !!! Mudah banget lagi. So how to DIY? Ini dia: 1. Rendam sisir yang kalian miliki ke dalam air yang sudah dicampur detergent untuk cuci baju. Saya pakai detergent Daia karena itu yang ada di rumah. Takarannya sesuai selera aja lah. Hehehe 2. Diamkan sekitar 15-20 menit. Kalau bisa posisi sikat sisir paddle brush nya telungkup ke bawah agar terendam dengan baik. 3. Angkat sisirnya,

Selalu Ada Tuhan

Menulis itu candu, setidaknya itu yang sering saya alami dan khusus untuk tulisan lepas seperti ini. Namun lain halnya kalau tulisan ilmiah berat seperti skripsi, tesis, dan disertasi, saya paling anti. :D Setelah dua tulisan selesai, bahkan sudah jam segini, pikiran saya terus minta untuk ditumpahkan ide yang dimilikinya. Jadi, saya berdamai sajalah, toh saya menulis untuk menenangkan pikiran saya, bukan orang lain..hehehe Kali ini saya akan membahas tentang orang-orang jahat yang sombong. Kenapa saya menambah kata sombong? Bukankah jahat saja cukup jelas untuk mengatakan bahwa mereka tidak punya hati? Begini alasannya. Beberapa waktu yang lalu saya dijahati oleh Rangga .  ( Rangga, apa yang kamu lakukan ke saya itu..ja..hat! )  Plakk!! Tepok seRangga!! Soalnya saya bukan Cinta, jadi bukan Mas Rangga yang saya bicarakan. (Ini apa? Okesip, mulai ga fokus, tanda nulis tengah malam). Balik lagi, saya dijahati oleh seseorang yang tidak terpikirkan sebelumnya bahwa dia akan seja

Pinocchio dan Indonesia

Image
Tema blog saya sebenarnya adalah kejadian dalam hidup saya, layaknya sebuah diary. Tapi terkadang saya suka berkomentar tentang keadaan dunia dan mengutarakan pendapat saya jika saya sedang gemas-gemasnya. Well, a lil bit disclaimer before you read more: "saya menulis untuk diri sendiri, bukan orderan. Soal kalian setuju atau tidak, tidaklah menjadi urusan". I think it's clear enough. Damai ya :) Seperti malam ini, sekitar setengah jam yang lalu saya menonton televisi; sebuah kegiatan yang sering saya lakukan saat menghabiskan nasi dan lauknya (who has the same habit as mine?). Kadang saya fokus, kadang hanya untuk mengusir sepi. Ketika fokus, saya menyimak apa yang ada di televisi dan ganti channel saat iklan diputar. Ketika benar-benar fokus, saya tidak akan pindah saluran meski ada pariwara. Ketika mengusir sepi, biasanya pikiran saya menonton 'televisi' imajinasi. Nah, malam ini saya membuktikan bahwa apa yang pernah saya lihat di sebuah drama korea ber

Setelah 12 Tahun

Setelah 12 tahun saya baru menyadari bahwa rasa itu tidak pernah hilang.  Setelah 12 tahun, tadi malam saya baru tahu cerita lengkap sebenarnya, dan saya terluka. Setelah 12 tahun saya tahu kenapa saya tegar selama ini saat bercerita. 12 tahun yang lalu, saya merasakan "kiamat kecil" yang bernama gempa dan tsunami yang memisahkan saya dengan orang yang paling saya kagumi, sayangi, dan banggakan di rumah, ayah. Saya tidak pernah tahu bagaimana jadinya jika saya benar-benar berpisah dengan ayah sebelumnya, tapi ternyata ya beginilah rasanya. Saya mampu, saya kuat tapi saya rapuh di dalam sanubari. Semalam, saya menyadari satu hal lagi kenapa saya begitu pintar menahan air mata saat ditanya tentang tragedi itu. Ternyata selama ini saya bercerita kebanyakan tentang diri saya saja. Tentang seseorang yang mengalami kejadian tersebut, bukan tentang kehilangan saya. Jikalah saya sedikit saja menyentuh rasa kehilangan orang yang paling berharga itu, pasti air mata ini akan sulit

Balada Setelah Esdua

Image
Saya mendapat ide untuk menulis postingan ini setelah membaca tulisan lama saya berjudul " Balada Setelah Sarjana ". Sepertinya memang kali ini saya menghadapi masalah yang hampir sama, "kata orang" a.k.a doktrin mainstream. Well, sebelum saya bahas satu persatu, saya ingin menceritakan keadaan saya sekarang menjawab pertanyaan di postingan yang saya sebutkan di atas.  Saya telah berhasil keluar dari "lingkaran setan doktrin publik" dan sukses memperjuangkan passion saya. Now, I got the master degree. Kelihatannya mulus, tapi jika dirunut lagi, ternyata nggak gampang, saya harus melewati bermacam cobaan dalam waktu yang tidak singkat, tapi ketika dapat, itu nikmat! Setelah dapat gelar master, apakah hidup saya terbebas dari drama? Sejenak iya, tapi begitu saya menginjakkan kaki di Tanah Air, season 2 langsung tayang membuat saya benar-benar merasakan reverse culture shock sampai hampir gila kalau saya tak punya agama. Yang saya percaya: 1

First Friday of 2017

Image
I marked today as a new phase in my work life. I cannot say what it is now but it is really interesting for me, both the job and the next story. I am curious what it will be in the near future and how it will change my life. Today, I had a private meeting. Never did I imagine this thing will come in my earlier stage here. But, it just happened. I know, God is showing me something. Well, I already got a surprise in the beginning of the year. Although I cannot say much, I want to highlight few things here: 1. We never know exactly who observe us in workplace. Who really pay attention about our work, who just pretend to care, who put an eye on our weaknesses. So, just be us, give our best efforts. Don't fake anything. You never know where your attitude brings you. 2. Some people can be so mean to you even they don't realise they do. They also can be nice at the same time. In this condition, know your exact position, what you want, what you deserve. Forgive but don't for

Rain: A rythm of blessings

Image
Have I told you about rain on this blog? I don't remember well but even if I did, I wanna write another story here. People say that rain can trigger special memory and everyone owns different memories. So do I. A pouring rain has a magical power towards me; a random piece of old stories unexpectedly dances on my mind which brings me either joyful or miserable time in life. Furthermore, I love rain whatever it brings nowadays. Because I believe God sends rain with blessings to Earth, to us. Since it's full of blessings, then it's a good time to pray, to harvest the blessings. I love praying to God about a thing that occupies my mind a lot since last year. I repeat the same prayer almost every single day 'til that spesific prayer comes out of my mouth easily whenever I pray or I forget what other things I should pray, the prayer keeps spinning on my tongue to be repeated again and again. Daebak! Rain is a chance. Rain is magic. Rain is another happiness. Rain is