Setelah 12 Tahun

Setelah 12 tahun saya baru menyadari bahwa rasa itu tidak pernah hilang. 
Setelah 12 tahun, tadi malam saya baru tahu cerita lengkap sebenarnya, dan saya terluka.
Setelah 12 tahun saya tahu kenapa saya tegar selama ini saat bercerita.

12 tahun yang lalu, saya merasakan "kiamat kecil" yang bernama gempa dan tsunami yang memisahkan saya dengan orang yang paling saya kagumi, sayangi, dan banggakan di rumah, ayah. Saya tidak pernah tahu bagaimana jadinya jika saya benar-benar berpisah dengan ayah sebelumnya, tapi ternyata ya beginilah rasanya. Saya mampu, saya kuat tapi saya rapuh di dalam sanubari.

Semalam, saya menyadari satu hal lagi kenapa saya begitu pintar menahan air mata saat ditanya tentang tragedi itu. Ternyata selama ini saya bercerita kebanyakan tentang diri saya saja. Tentang seseorang yang mengalami kejadian tersebut, bukan tentang kehilangan saya. Jikalah saya sedikit saja menyentuh rasa kehilangan orang yang paling berharga itu, pasti air mata ini akan sulit saya bendung seperti saat ini, saat saya mengetik kata-kata ini.

Semalam, saya menyadari semua itu setelah tau sesuatu. Saya diceritakan tentang kisah detik-detik terakhir ayah. Saat itu ternyata ayah dengan kuatnya memeluk sebuah tiang untuk bertahan. Entah apa yang ayah pikirkan saat itu. Beliau tidak bisa berenang, jadi hanya itu satu-satunya bertahan agar tidak tenggelam. Tangan Ayah teracung ke atas pertanda meminta pertolongan. Melambai-lambai ke arah orang yang mungkin melihat beliau dan memang ada yang melihat. Namun sayangnya, orang yang melihat sama malangnya dengan beliau, terhimpit batang kayu dan anak tangga dan tak kuasa menyambut tangan ayah yang berdaya.

Dan gelombang kedua pun datang, mungkin ayah lelah, mungkin tangan ayah sudah tak cukup lagi mendukung semangat bertahannya yang masih sangat besar, mungkin gelombangnya terlalu kuat, mungkin Tuhan sudah sangat ingin memberikan hadiah yang lebih indah untuk Ayah di dunia yang berbeda. Sehingga gelombang kedua itu pun menghilangkan jejak beliau hari itu.

Sungguh saya tidak bisa membayangkan bagaimana sakit sekaligus kuatnya tekad ayah saat itu. Sungguh jika saya harus bercerita lagi namun menambah cerita ini, saya tak sanggup menahan air mata lagi.


Comments

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja