Posts

Showing posts from November, 2016

Pak Adiwarman A. Karim

Mengikuti seminar adalah hal lama yang sekarang menjadi bertabur nuansa baru setelah saya menggeluti dunia kerja yang sekarang. mengikuti seminar adalah hal yang harus sering saya lakukan baik untuk menambah ilmu pengetahuan maupun menambah sertifikat yang dianggap penting. Alhasil, dalam beberapa bulan belakangan saya sudah seringkali mengikuti seminar, terutama yang bertemakan dengan perekenomian Islam. Latar belakang saya bukanlah sekolah keislaman, akan tetapi sekarang saya bekerja di institusi yang bertemakan Islam sehingga saya sering terlibat dengan seminar-seminar terkait. Dari salah satu seminar itulah saya mengenal Pak Adiwarman A. Karim dan saya langsung jatuh hati. Pemaparan beliau sebagi seorang ahli cukup singkat namun memuat poin-poin penting yang kemudian menyadarkan saya tentang identitas syariah dan Indonesia yang sebenarnya. Terlepas dari cara beliau menarik audiens untuk ikut terlibat yang memang saya akui cara tersebut sangat efektif, beliau sendiri tanpa cara

Pengalaman Baru: Suddenly Called Guide

Setiap sabtu saya biasanya menghabiskan waktu di rumah bermalas-malasan di kasur lalu setiap jam 11 saya akan mengajar privat TOEFL. Sabtu ini agenda saya berubah karena sedang ada teman luar kota yang berkunjung ke Aceh. Jadilah waktu leyeh-leyeh saya berkurang dan menjemput teman tersebut untuk diajak berkeliling sebentar mencari oleh-oleh dan kuliner sebelum ke bandara. Yang uniknya adalah saat mencari oleh-oleh. Saya membawanya ke sebuah toko suvenir di Banda Aceh yang sering saya kunjungi karena harganya agak lebih murah dibandingkan toko lain di sekitarnya. Setelah si kawan hampir selesai belanja, pramuniaga toko bertanya pada saya seperti ini: "nyan tamu droen?" Apakah si kawan adalah tamu saya atau bukan. Karena malas menjelaskan, saya mengiyakan saja. Padahal kawan saya ke Aceh karena ada kegiatan dari kantornya dan saya hanya menemaninya saat-saat tertentu saja ketika saya luang. Saya kira pramuniaga toko bertanya seperti itu karena dia kesal dengan sikap tema

#27

27 (dua puluh tujuh) adalah bilangan yang mungkin sudah kita kenal sejak masuk sekolah TeKa. 27 bisa berarti jumlah ataupun urutan. Dalam kelompok ordinal, angka ke-27 letaknya sebelum angka ke-28. Sedangkan dalam kelompok cardinal, 27 adalah sejumlah angka untuk menyatakan banyaknya sesuatu, bisa itu jumlah hari, atau jumlah sesuatu yang lain. Ada apa dengan 27? Sehingga saya membuat postingan khusus tentangnya. Saya pun belum terlalu yakin dengan kekhasan angka tersebut bagi saya. Saat ini, setiap tanggal 27 bulan-bulan kalender Masehi, saya berhitung; menjumlahkan setiap 27 yang sudah terlewat sejak malam itu. Soal usia, saya juga sedang menuju angka 27. Bagi orang Timur, apalagi untuk perempuan, saya sudah cukup muak dengan pertanyaan dan saran menikah. Bisa jadi, saya menikah di usia 27 itu. Only God knows. 27 besok, hitungan saya menggenap delapan. Terlihat begitu cepat jika saya abaikan segala yang telah terjadi, namun terlihat sebagai jumlah yang cukup hebat bagi saya unt

Cadangan

Menurut hemat saya, posisi cadangan itu ibarat kena hukuman gantung tapi tidak mati. Sakitnya luar biasa apalagi jika jerat gantungan tak kunjung dilepaskan. (Kayaknya gitu sih). Berbicara soal cadangan, saya pernah mengikuti sebuah seleksi dan saat melihat pengumuman, bukannya senang atau kecewa, saya malah bingung dengan tulisan "selamat, Anda lulus cadangan". Belum lagi jika instansi terkait seleksi tidak memperjelas keadaan kita dan hanya mengatakan tunggu saja kepastiannya, silakan melakukan prosedur selanjutnya tapi Anda tidak dijamin apa-apa. Nyesek. Well, saat itu saya terus melakukan apapun sesuai prosedur meski keyakinan saya tidak bulat. Hanya doa yang menguatkan saya untuk terus yakin pada Allah bersamaan dengan pikiran saya selaku manusia biasa yang terus saja ingat akan status cadangan yang mengganggu sekali. Cadangan akan berakhir pada salah satu dari dua, berhasil atau gagal. Alhamdulillah, terkait proses di atas, saya berhasil. Sebuah nikmat yang kala i

The Legend: Mie Hun Kak Jus Perumnas

Image
Saya bukanlah orang yang pintar memilah milih makanan. Jika ada teman yang bertanya enak nggak, mana enak sama tempat A, seringkali saya menjawab dengan kata 'lumayan', 'bolehlah'. Karena bagi saya asal nggak aneh-aneh banget n ngga bikin saya eneg ataupun trauma, saya mah oke diajak makan dimana aja. Jadi saya bukan seseorang yang baik untuk bertanya rekomendasi tempat makan, bagi saya semuanya 11-12. Tapi, ada beberapa makanan yang memang terasa berbeda di lidah saya bahkan hingga bertahun-tahun rasanya masih tak akan hilang di memori dan lidah. Contohnya adalah Mie Kak Jus Perumnas Blang Krueng. Legend abis dah pokoknya. Saya rasa kak Jus itu terlahir sebagai satu-satunya orang yang jago meracik mie hun yang enak bin mantap bin laziz bin oishi bin sedep bin fantastically delicious yumm yumm yummm... Seringkali, dalam beberapa selang waktu dalam hidup saya berharap saya masih bisa merasakan enaknya mie itu, dan kali ini harapan itu muncul lagi dari sebuah chatting

Baju Korpri

Image
Postingan kali ini saya tulis setelah selesai menyetrika baju seragam kenegaraan berwarna biru itu. Tetiba terlintas ide untuk menulis di blog mengenai baju korpri karena saya rasa akhir-akhir ini postingan saya terlalu abstrak, membosankan, kecurhat-curhatan, dan berat. So, let's read a lighter story (semoga). Well, terhitung Agustus kemarin saya sudah terjebak dalam rutinitas baru di sebuah institusi pendidikan di tanah kelahiran saya. Banyak peraturan yang wajib saya ikuti meskipun pekerjaan saya terlihat tidak begitu. Salah satunya adalah menghadiri upacara setiap tanggal 17 bulan-bulan masehi. Seharusnya sudah 3 kali saya mengikutinya; 17 Agustus, 17 September, dan 17 Oktober. Namun, upacara terakhir tidak saya ikuti karena saya sedang meliburkan diri. Sebenarnya kami diwajibkan mengenakan pakaian seragam korpri (apapun status kepegawaian kami: PNS ataupun Non PNS) Which is wei*d. Moreover, we have to buy it on our own, ---tons of wei*d... (I hate talking about this caus

Kurusan, ya?!

Image
source: https://pbs.twimg.com/media/CAu-q-lUsAAl8bo.jpg:large Ada beberapa kalimat yang terdengar indah di telinga seorang wanita, salah satunya adalah saat ada compliment dari teman-temannya bahwa dia terlihat kurusan. Kebanyakan perempuan pasti bahagia jika dibilang begitu apalagi jika sebelumnya memang dia berniat untuk menurunkan berat badan. Sayapun begitu, setiap kali mendengar hal tersebut akhir-akhir ini saya langsung menimpalinya dengan kata "alhamdulillaah". Bersyukur karena memang saya sudah berhasil menurunkan berat badan sedikit dan hasilnya ternyata terlihat. Saya kurang bisa melihat hasilnya dari bentuk badan karena saya selalu melihat diri saya setiap harinya, berbeda dengan teman-teman yang jarang jumpa. Namun lama-kelamaan saya mulai merasakan dua hal saat mendengar kata kurusan. Bukan lagi sepenuhnya bahagia, namun saya tetap bersyukur. Saya paham betul kenapa saya bisa kehilangan 5 kg lemak di tubuh saya. Saya paham betul bagaimana hidup saya belak