Posts

Showing posts with the label opini

Maybe God Is Making You Wait Because He Wants You To Learn That There’s No Timeline For Anything In Life (Indonesian Version)

Ini adalah tulisan versi Bahasa Indonesia menurut saya dari tulisannya Rania Naim. Saya menulis ulang tulisannya dalam Bahasa Indonesia karena menurut saya tulisannya bagus dan ingin menambah beberapa pendapat dan pengalaman saya tentang tulisan tersebut. Tulisan Rania yang saya terjemahkan akan saya buat dalam format rata kanan dan bold , sedangkan pendapat saya akan berbentuk rata kiri dengan efek italic . Tulisan aslinya dalam bahasa Inggris bisa dilihat di link ini . Mohon maaf jika postingan kali ini agak panjang ya, lovely readers ! *** Mungkin Tuhan Membuatmu Menunggu Karena Ia Ingin Kamu Belajar Bahwa Tidak Ada yang Namanya Batas Waktu untuk Apapun dalam Hidup Mungkin kamu tidak menjadi yang kamu mau saat berusia 20, 30, atau 40 karena Tuhan sedang mengajarkanmu bahwa kamu tidak boleh terus hidup berdasarkan apa yang diinginkan lingkunganmu, atau apa yang orang tuamu harapkan, atau bahkan apa yang kamu inginkan. Mungkin, pelajarannya adalah untuk melepaska...

Timphan: Sebuah Sumber Keberanian

Kita tidak pernah benar-benar tau sumber keberanian kita hingga kita melakukan sesuatu karena itu. Banyak orang mengatakan keberanian datang saat posisi kita terdesak, direndahkan, atau ada sesuatu yang kita perjuangkan. Saya setuju saja dengan pendapat di atas. Tapi, trigger keberanian itu sepertinya bisa datang dari mana saja, dari hal-hal sederhana sekalipun. Hanya karena hal sepele yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, kita jadi mudah saja melakukan hal yang sebelumnya terasa penuh pertimbangan untuk diwujudkan. Seperti sore ini, sumber keberanian saya adalah timphan . Ya, timphan. Jajanan tradisional khas Aceh yang dikukus dan berbungkus daun pisang dan rasanya manis kayak yang lagi nulis #eh :D Hanya karena timphan, saya jadi berani melakukan suatu hal yang selama ini gensi sekali saya lakukan. Dan mudah sekali saya melakukannya, rasanya gengsi itu lenyap seketika. Timphan, bagi saya hari ini lebih dari sekedar makanan. Timphan adalah sumber keberanian dari Tuhan. T...

A Better Self Project: Tribute to Ramadhan

Tak terasa bulan yang paling dinantikan setiap tahunnya akan segera datang lagi. Keinginan untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik kembali menggebu. Didukung oleh muhasabah diri yang menghasilkan beberapa catatan buruk yang berulang, yang disesalkan setiap malamnya, namun kembali habitually terulang kembali. Dosa yang kadang dianggap permisif untuk dilakukan dengan alasan curhat and telling the truth, padahal jelas Allah sudah melarang perbuatan tersebut hingga menyamakannya dengan memakan bangkai. Yup, nama dosanya ghibah. Sudah sejak kuliah S1 saya sadar betul bahwa ghibah bukanlah suatu hal yang baik, yang bahkan bisa memakan pahala baik yang kita lakukan. Pernah dalam suatu level hidup, saya berhasil mengurangi jumlah dosa ini secara drastis karena teman yang sering ajak bicara punya visi yang sama, jadi ketika kami bertemu pun perbincangan kami sangat jauh dari yang namanya gosip. Namun, waktu berlalu dan kami sudah susah untuk saling bertemu dan mengingatkan seperti dulu,...

Catatan Akhir Minggu: Mati Lampu

Sejauh ingatan masa kecil saya, rasanya memang di Aceh ini udah terbiasa dengan mati lampu, bukan lagi hal yang aneh jika tiba-tiba harus padam listrik, tidak ada panik yang tersisa, palingan kesal saja jika ada tugas yang harus diselesaikan. Ada satu kebiasaan lama yg sudah kami tinggalkan jika mati lampu, entah apa penyebabnya. Padahal kebiasaan itu sungguh menyenangkan bagi saya. Dulu, saat mati lampu di malam hari, kami pasti keluar rumah duduk di teras, berkumpul satu keluarga, bercerita tentang apa saja sambil sesekali menghitung bintang hingga lampu menyala. Saya lupa sejak kapan kami berhenti melakukan itu. Ketika saya ingin menghidupkan lagi suasana itu, saya rasa sia-sia. Mungkin mamak lebih memilih tidur karena lelah dan usia beliau lebih menganjurkan untuk istirahat daripada menikmati angin malam. Adik? Apalagi. Boro-boro ngumpul, keluar dari "sarang"nya aja males. Well, mungkin nanti, jika mati lampu masih menjadi tabiat, saya akan mengajak dia mengulang h...

Ghost

Image
Ghost yang akan saya bahas kali ini adalah judul sebuah drakor yang diperankan So Ji Sub . Awalnya saya mengira ini film hantu kayak Master Sun, ternyata Ghost di sini merujuk pada sosok misterius yang terus bekerja dibalik layar. Saya tidak akan membahas bagaimana alur cerita drama ini, tetapi apa yang saya dapat setelah menonton drama tersebut. Well , kesan pertama saya adalah produser drama Korea memang keren, mulai dari drama Sejarah sampai drama detektif begini bisa jadi tontonan menarik yang dikemas dengan apik. Memang ada beberapa scenes yang cacat logika menurut saya. Namun, Ghost telah sukses membuat saya begadang beberapa malam ini karena saya penasaran dengan ceritanya. Drama tersebut, menurut saya, mewakili kejadian di dunia nyata more or less . Bagaimana seorang pengusaha rakus yang apapun motifnya dari dulu hingga sekarang selalu saja ingin menguasai dunia perpolitikan. Dulu, orang-orang penting di suatu negara termasuk kepolisian dan kejaksaan, dalam drama ini...

Pertanyaan paling Menyakitkan

Mungkin ketika jomblo ngenes ditanya tentang apa pertanyaan paling menyakitkan, jawabannya adalah ' kapan kawin? '. Meskipun saya jomblo dan mungkin dianggap ngenes, pertanyaan kapan kawin hanya sejenis sh*tty question yang tidak menyakitkan tapi hanya sampai pada level menyebalkan. Lalu, bagaimanakah pertanyaan paling menyakitkan bagi saya? Hmm, saya tidak punya kriteria khusus selain ketika pertanyaan itu terlontar, ada bagian hati saya yang serasa ditusuk kata-kata tajam lidah tak bertulang, dan dunia sekeliling saya dan dia seakan diam sejenak. Ada dua pertanyaan paling menyakitkan yang masih saya ingat sampai sekarang meski kejadiannya sudah lama. Pertama , pertanyaan 12 tahun lalu dari seseorang yang baru mengenal saya satu dua hari. Lantas di suatu malam gelap yang hanya bercahayakan lilin karena listrik padam, sebab tsunami baru saja beberapa hari menghampiri, pada malam itu dia bertanya pada saya setelah melihat saya begitu ceria dan kadang tertawa sesekali mena...

Selalu Ada Tuhan

Menulis itu candu, setidaknya itu yang sering saya alami dan khusus untuk tulisan lepas seperti ini. Namun lain halnya kalau tulisan ilmiah berat seperti skripsi, tesis, dan disertasi, saya paling anti. :D Setelah dua tulisan selesai, bahkan sudah jam segini, pikiran saya terus minta untuk ditumpahkan ide yang dimilikinya. Jadi, saya berdamai sajalah, toh saya menulis untuk menenangkan pikiran saya, bukan orang lain..hehehe Kali ini saya akan membahas tentang orang-orang jahat yang sombong. Kenapa saya menambah kata sombong? Bukankah jahat saja cukup jelas untuk mengatakan bahwa mereka tidak punya hati? Begini alasannya. Beberapa waktu yang lalu saya dijahati oleh Rangga .  ( Rangga, apa yang kamu lakukan ke saya itu..ja..hat! )  Plakk!! Tepok seRangga!! Soalnya saya bukan Cinta, jadi bukan Mas Rangga yang saya bicarakan. (Ini apa? Okesip, mulai ga fokus, tanda nulis tengah malam). Balik lagi, saya dijahati oleh seseorang yang tidak terpikirkan sebelumnya bahwa dia ...

Pinocchio dan Indonesia

Image
Tema blog saya sebenarnya adalah kejadian dalam hidup saya, layaknya sebuah diary. Tapi terkadang saya suka berkomentar tentang keadaan dunia dan mengutarakan pendapat saya jika saya sedang gemas-gemasnya. Well, a lil bit disclaimer before you read more: "saya menulis untuk diri sendiri, bukan orderan. Soal kalian setuju atau tidak, tidaklah menjadi urusan". I think it's clear enough. Damai ya :) Seperti malam ini, sekitar setengah jam yang lalu saya menonton televisi; sebuah kegiatan yang sering saya lakukan saat menghabiskan nasi dan lauknya (who has the same habit as mine?). Kadang saya fokus, kadang hanya untuk mengusir sepi. Ketika fokus, saya menyimak apa yang ada di televisi dan ganti channel saat iklan diputar. Ketika benar-benar fokus, saya tidak akan pindah saluran meski ada pariwara. Ketika mengusir sepi, biasanya pikiran saya menonton 'televisi' imajinasi. Nah, malam ini saya membuktikan bahwa apa yang pernah saya lihat di sebuah drama korea ber...

Balada Setelah Esdua

Image
Saya mendapat ide untuk menulis postingan ini setelah membaca tulisan lama saya berjudul " Balada Setelah Sarjana ". Sepertinya memang kali ini saya menghadapi masalah yang hampir sama, "kata orang" a.k.a doktrin mainstream. Well, sebelum saya bahas satu persatu, saya ingin menceritakan keadaan saya sekarang menjawab pertanyaan di postingan yang saya sebutkan di atas.  Saya telah berhasil keluar dari "lingkaran setan doktrin publik" dan sukses memperjuangkan passion saya. Now, I got the master degree. Kelihatannya mulus, tapi jika dirunut lagi, ternyata nggak gampang, saya harus melewati bermacam cobaan dalam waktu yang tidak singkat, tapi ketika dapat, itu nikmat! Setelah dapat gelar master, apakah hidup saya terbebas dari drama? Sejenak iya, tapi begitu saya menginjakkan kaki di Tanah Air, season 2 langsung tayang membuat saya benar-benar merasakan reverse culture shock sampai hampir gila kalau saya tak punya agama. Yang saya percaya: 1...

Assalamu'alaikum, 2017

Image
Tik tok tik tok tik tok , jarum jam tidak pernah sedetikpun menunggu kita. Tidak disangka 2016 rasanya hanya beberapa kedip mata lalu simsalabim 2017 pun tiba. Setidaknya itu yang saya rasakan. Hidup saya benar-benar berputar cepat. 2015 lalu saya masih senang-senangnya hidup di negara yang kegunaan setrika agak sedikit diragukan di sana. Lalu penghujung tahun, saya kembali ke tanah kelahiran dengan rasa yang tak lagi sama. 2016 benar-benar membuat saya kewalahan dalam mengartikan kemana arah hidup saya berikutnya. Dan sekarang 2017 hanya berjarak sekali tarikan nafas saja. Dimulai dari bulan Januari, saya masih terlena dengan euforia seorang yang baru saja lulus, masih bolehlah untuk sedikit bermain dengan hidup. Jadi saya tidak terlalu punya rencana jelas. Begitu seterusnya hingga akhir tahun, saya hanya menjalani segala sesuatu dengan sedikit rencana dan persiapan, hidup saya hanya berjalan mengikuti arus tanpa berusaha melawannya meski ada hal yang tertinggal di belakang...

Pak Adiwarman A. Karim

Mengikuti seminar adalah hal lama yang sekarang menjadi bertabur nuansa baru setelah saya menggeluti dunia kerja yang sekarang. mengikuti seminar adalah hal yang harus sering saya lakukan baik untuk menambah ilmu pengetahuan maupun menambah sertifikat yang dianggap penting. Alhasil, dalam beberapa bulan belakangan saya sudah seringkali mengikuti seminar, terutama yang bertemakan dengan perekenomian Islam. Latar belakang saya bukanlah sekolah keislaman, akan tetapi sekarang saya bekerja di institusi yang bertemakan Islam sehingga saya sering terlibat dengan seminar-seminar terkait. Dari salah satu seminar itulah saya mengenal Pak Adiwarman A. Karim dan saya langsung jatuh hati. Pemaparan beliau sebagi seorang ahli cukup singkat namun memuat poin-poin penting yang kemudian menyadarkan saya tentang identitas syariah dan Indonesia yang sebenarnya. Terlepas dari cara beliau menarik audiens untuk ikut terlibat yang memang saya akui cara tersebut sangat efektif, beliau sendiri tanpa cara ...

Pengalaman Baru: Suddenly Called Guide

Setiap sabtu saya biasanya menghabiskan waktu di rumah bermalas-malasan di kasur lalu setiap jam 11 saya akan mengajar privat TOEFL. Sabtu ini agenda saya berubah karena sedang ada teman luar kota yang berkunjung ke Aceh. Jadilah waktu leyeh-leyeh saya berkurang dan menjemput teman tersebut untuk diajak berkeliling sebentar mencari oleh-oleh dan kuliner sebelum ke bandara. Yang uniknya adalah saat mencari oleh-oleh. Saya membawanya ke sebuah toko suvenir di Banda Aceh yang sering saya kunjungi karena harganya agak lebih murah dibandingkan toko lain di sekitarnya. Setelah si kawan hampir selesai belanja, pramuniaga toko bertanya pada saya seperti ini: "nyan tamu droen?" Apakah si kawan adalah tamu saya atau bukan. Karena malas menjelaskan, saya mengiyakan saja. Padahal kawan saya ke Aceh karena ada kegiatan dari kantornya dan saya hanya menemaninya saat-saat tertentu saja ketika saya luang. Saya kira pramuniaga toko bertanya seperti itu karena dia kesal dengan sikap tema...

#27

27 (dua puluh tujuh) adalah bilangan yang mungkin sudah kita kenal sejak masuk sekolah TeKa. 27 bisa berarti jumlah ataupun urutan. Dalam kelompok ordinal, angka ke-27 letaknya sebelum angka ke-28. Sedangkan dalam kelompok cardinal, 27 adalah sejumlah angka untuk menyatakan banyaknya sesuatu, bisa itu jumlah hari, atau jumlah sesuatu yang lain. Ada apa dengan 27? Sehingga saya membuat postingan khusus tentangnya. Saya pun belum terlalu yakin dengan kekhasan angka tersebut bagi saya. Saat ini, setiap tanggal 27 bulan-bulan kalender Masehi, saya berhitung; menjumlahkan setiap 27 yang sudah terlewat sejak malam itu. Soal usia, saya juga sedang menuju angka 27. Bagi orang Timur, apalagi untuk perempuan, saya sudah cukup muak dengan pertanyaan dan saran menikah. Bisa jadi, saya menikah di usia 27 itu. Only God knows. 27 besok, hitungan saya menggenap delapan. Terlihat begitu cepat jika saya abaikan segala yang telah terjadi, namun terlihat sebagai jumlah yang cukup hebat bagi saya unt...

#CURHAT: Reverse Culture SHOCK!!!

Akhir-akhir ini kehidupan saya tak jauh-jauh dari reuni kecil-kecilan. Saya kembali bertemu teman-teman yang telah lama menanti kepulangan saya (mungkin sebenarnya menanti oleh-olehnya ;D) secara sengaja maupun tidak. Ada yang saya sengaja datang ke rumahnya karena sekaligus melihat anaknya yang baru lahir (teman-teman udah pada punya generasi penerus, bahkan ada yg udah dua), sengaja berjanji untuk bertemu di tempat-tempat nongkrong, sengaja bertemu saya di Blang Krueng, sengaja menyapa di sosial media, atau secara tidak sengaja bertemu di masjid, kondangan (yang semakin panjang saja listnya), hingga pameran. Sebelum kalian melanjutkan bacaan, saya mau disclaimer sikit ya, postingan kali ini agak panjang dan mengandung 59,90% curhat. So, silakan skip bagi yang nggak penasaran. :D Beriringan dengan pertemuan-pertemuan itu, pertanyaan-pertanyaan modus (modus dalam arti matematika) adalah: #Enak gak di sana? #Pasti susah ya adaptasi lagi?apa aja yg harus disesuaikan (lagi)? #Kapan...

Kontroversi Profesi

Tiba-tiba saya dapat ide buat nulis opini tentang sebuah profesi karena baru saja di salah satu akun sosial media saya, seorang teman salah mengartikan komentar saya (yang memang sangat besar peluang terjadinya di dunia maya). Akhirnya saya menjelaskan duduk perkaranya supaya tidak salah maksud. Anyway, sebenarnya penjelasan kita kadang juga tidak terlalu penting sih, soalnya dunia maya itu semu, nggak nyata, orang kadang berkomentar karena hanya ingin didengar tanpa peduli bagaimana kejadian sebenarnya atau mau memahaminya, so kalau kalian bisa cuek sebenarnya hidup akan lebih tenang. Okay, back to topic. Kontroversi profesi yang saya maksudkan di sini adalah mengenai pemilihan sebuah pekerjaan yang kita inginkan atau in worst case scenario yang harus kita lakukan. Beruntunglah kalian yang punya kesempatan, kemudahan dan kelebihan untuk bekerja di bidang yang kalian sukai. Tentang profesi, saya rasa saya bukanlah orang yang mendiskreditkan profesi tertentu karena setiap orang puny...

Ketidakmungkinan yang Aku Semogakan

Tak pernah terlintas dalam pikiran sehatku sebelumnya bahwa aku akan berada dalam situasi seperti ini. Mungkin, jika ada sebuah ungkapan kekinian yang cocok untuk ini adalah: ketidakmungkinan yang aku semogakan. Dulu, saat mendengar kalimat itu, aku merasa kata-kata apa-apaan itu, bagaimana mungkin menyemogakan sesuatu yang kita pun yakin itu tak mungkin. Ternyata sepotong ungkapan itu kini terasa penuh makna dan benar-benar cocok. Kalian tau kisah Nabi Muhammad saw. dan pamannya Abu Thalib? Abu Thalib adalah paman Nabi yang cukup dekat dengan beliau, selalu mendukung ajaran Rasul, selalu menjadi orang-orang terdepan dalam mempercayai ucapan keponakannya itu, selalu membantu dan sayang sekali kepada baginda Rasulullah. Namun, ternyata kasih sayang yang timbal balik itu tidak bisa mengubah keyakinan Abu Thalib, beliau tetap saja mempertahankan ajaran nenek moyang bangsa Jahiliyah untuk dianutnya. Berjuta kali Rasul berdoa kepada Allah agar Abu Thalib dibukakan pintu hatinya untuk mener...

Maha Mendengar

Dulunya aku memang pernah bermimpi bahwa sebelum melanjutkan studi ke luar negeri, aku ingin menjadi agen Islam yang baik, bahkan jika bisa aku mampu menjadi inspirasi tersendiri bagi non-muslim sehingga mereka mempunyai ketertarikan terhadap Islam, atau merubah persepsi yang dulunya skeptis tentang Islam, lebih beruntung lagi jika nantinya ada yang kembali fitrah dalam keislaman. Sebuah cita-cita yang pernah menjadi list panjang doa-doaku selepas shalat namun kemudian menguap begitu saja. Aku merasa saat menginjakkan kaki di sana, keinginanku agak sedikit susah tercapai, apalagi dengan berbagai macam adaptasi yang harus kusesuaikan hingga lama-kelamaan cita-cita mulia itu terkubur oleh kesibukan-kesibukan dunia. Aku tak lagi benar-benar berusaha membuat diri ini sedemikian rupa sehingga bisa menjadi contoh teladan yang baik, menjaga sikap, dan seterusnya. Aku hanya kemudian menjadi diri sendiri, diri yang kadang cukup terbuka dengan perubahan meski tetap kujaga garis batas tentang ha...