Kontroversi Profesi

Tiba-tiba saya dapat ide buat nulis opini tentang sebuah profesi karena baru saja di salah satu akun sosial media saya, seorang teman salah mengartikan komentar saya (yang memang sangat besar peluang terjadinya di dunia maya). Akhirnya saya menjelaskan duduk perkaranya supaya tidak salah maksud. Anyway, sebenarnya penjelasan kita kadang juga tidak terlalu penting sih, soalnya dunia maya itu semu, nggak nyata, orang kadang berkomentar karena hanya ingin didengar tanpa peduli bagaimana kejadian sebenarnya atau mau memahaminya, so kalau kalian bisa cuek sebenarnya hidup akan lebih tenang.

Okay, back to topic. Kontroversi profesi yang saya maksudkan di sini adalah mengenai pemilihan sebuah pekerjaan yang kita inginkan atau in worst case scenario yang harus kita lakukan. Beruntunglah kalian yang punya kesempatan, kemudahan dan kelebihan untuk bekerja di bidang yang kalian sukai.

Tentang profesi, saya rasa saya bukanlah orang yang mendiskreditkan profesi tertentu karena setiap orang punya cerita tersendiri untuk menuju jalan itu, ada tantangan, ada kesulitan, atau tak ada pilihan. Asalkan halal ya monggo dijalankan. Soal halal harampun saya memang punya preferensi tersendiri tapi tidak sampai menghakimi pilihan kawan-kawan sekalian karena balik lagi, kalian punya cerita masing-masing.

Ketika saya mengatakan tidak ingin menjadi seorang dosen saat ini, bukan berarti saya tidak akan menjadi dosen suatu saat nanti. Ketika saya mengatakan saya tidak ingin menjadi dosen, bukan berarti pekerjaan dosen itu saya anggap rendahan. Saya sangat mengapresiasi pekerjaan pendidik sejenis itu apalagi saya juga anak seorang dosen. Masa saya merendahkan pekerjaan yang telah menafkahi kehidupan saya selama ini?

Banyak alasan kenapa saya tidak mau jadi dosen untuk sekarang ini. Banyak rancangan kehidupan yang ingin saya jalankan sebelum saya benar-benar menjadi dosen suatu saat nanti jika memang itu jalan saya. Tapi, sungguh saya rasa alasan itu tak perlu saya paparkan di sini, tak kan ada yang peduli. Saya cuma ingin menegaskan tak ada profesi yang saya anggap rendah, apalagi dosen. Kalau memang penasaran, mari ngeteh mari bicara sama saya di Blang Krueng :)

Kalaupun mau rendah-rendahan (sekali saya tidak menganggapnya rendah), pekerjaan yang tidak butuh pendidikan dan skill yang tinggi setaraf pembantu pun pernah saya lakukan dan saya pede-pede aja tuh! Bahkan kalau memang saya punya rejeki yang menurut saya cukup nantinya, saya ingin menjadi Ibu Rumah Tangga saja! Jadi apa hak saya meremehkan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Menjadi ibu rumah tangga saja adalah pekerjaan penuh waktu idaman saya, karena bagi saya, tidak ada yang salah dengan profesi itu sekalipun sekolah saya termasuk tinggi.

Satu lagi, alhamdulillah Allah memudahkan langkah saya melihat dunia dan sampai saat ini saya mencoba melihat segala sesuatu berdasarkan latar belakangnya. Pekerjaan mengamen misalnya. Saat ini saya sedang membaca buku tentang seorang pengamen jalanan di London yang hidupnya berubah setelah bertemu seekor kucing. Saya jadi tahu, bahwa tidak setiap pengamen di jalan itu malas untuk mencari pekerjaan lain, mereka punya alasan tersendiri. Ada yang hidup masa lalunya membuat mereka akhirnya terdampar di jalanan, ada yang sudah mencari pekerjaan tapi sulit karena persoalan dokumen, ada yang sedang berjuang karena obat-obatan, dan banyak alasan lainnya. Kita tidak boleh seenaknya saja menghakimi seseorang. Live his shoes first, then you may judge!

As long as mereka masih berusaha, mau bekerja, tidak mengganggu orang lain, halal menurut preferensi masing-masing, dan tidak meminta-minta jika memang masih banyak sekali pilihan pekerjaan saya rasa setiap pekerjaan itu mulia. Jadi, jujur saya merasa sedikit tersinggung ketika saya langsung begitu saja dikatakan mendiskreditkan suatu pekerjaan hanya karena sebuah komentar tanpa hidup sebagai saya dulu, know my vision and my background, alasan saya berkomentar demikian atau minimal verifikasi dulu lah. Tapi, saya harus paham juga, dunia maya memang keras, bung! Hehehe. Saya tidak mau marah karena sepotong komentar, biarlah itu menjadi pengingat saya agar suatu saat nanti tidak begitu.

Demikian curhat saya kali ini. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Comments

  1. mau jadi apapun, semoga selalu bahagia! orang mo mikir apa cuek aja udah ;)

    ReplyDelete
  2. btw yg kucing jalanan itu yang namanya bob bukan? pernah baca ceritanya singkatnya (dan sdg cari bukunya) langsung bercucuran air mata :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kariiin..seru kali ceritanya.. terharu bacanya.. bukunya punya minjem juga ni..dititipin temen pas di UK..

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja