Ketidakmungkinan yang Aku Semogakan

Tak pernah terlintas dalam pikiran sehatku sebelumnya bahwa aku akan berada dalam situasi seperti ini. Mungkin, jika ada sebuah ungkapan kekinian yang cocok untuk ini adalah: ketidakmungkinan yang aku semogakan. Dulu, saat mendengar kalimat itu, aku merasa kata-kata apa-apaan itu, bagaimana mungkin menyemogakan sesuatu yang kita pun yakin itu tak mungkin. Ternyata sepotong ungkapan itu kini terasa penuh makna dan benar-benar cocok.
Kalian tau kisah Nabi Muhammad saw. dan pamannya Abu Thalib? Abu Thalib adalah paman Nabi yang cukup dekat dengan beliau, selalu mendukung ajaran Rasul, selalu menjadi orang-orang terdepan dalam mempercayai ucapan keponakannya itu, selalu membantu dan sayang sekali kepada baginda Rasulullah. Namun, ternyata kasih sayang yang timbal balik itu tidak bisa mengubah keyakinan Abu Thalib, beliau tetap saja mempertahankan ajaran nenek moyang bangsa Jahiliyah untuk dianutnya. Berjuta kali Rasul berdoa kepada Allah agar Abu Thalib dibukakan pintu hatinya untuk menerima hidayah yang setiap hari datang kepadanya. Tapi, karena cukup menjunjung tinggi kesukuan, paman Nabi gagal menggapai hidayah yang setiap hari sangat dekat dengannya hingga kisah Nabi dan pamannya ini termaktub dalam salah satu ayat al-Quran yang berkisah bahwa Allah-lah yang punya Kuasa akan hamba-Nya, bahkan seorang Rasulullah pun yang berhasil mengislamkan ribuan orang, orang terdekatnya yang selalu baik kepada-Nya tak bisa diislamkan hingga akhir hayat sang paman.
Singkat cerita, Abu Thalib adalah orang yang paling ringan siksaannya di akhirat kelak. Siksa yang sebenarnya (insyaAllaah) berganti nikmat yang luar biasa jika ia menerima ajaran Muhammad keponakannya, ajaran bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. Ajaran yang kebenarannya banyak sekali terhampar di muka bumi, mukjizat al-Quran yang terbukti hingga kini, dan ajaran yang turun untuk kebaikan manusia itu sendiri, duniawi dan ukhrawi.
Namun, apa hendak dikata. Seorang manusia yang makshum saja tak bisa serta merta mengubah hati seseorang terdekatnya. Dan dalam peristiwa itu pula juga tercermin bahwa Islam tak pernah memaksakan kehendak, semua berpulang pada sang jiwa, siapkah ia menjalani kehidupan yang Islami, ataukah masih ada keragu-raguan di dalamnya. Begitu pula diriku, yang sangat jauh dari kriteria seorang muslim yang baik yang dicontohkan Rasulullaah, apalah daya diri ini bisa menjadi sumber inspirasi mereka yang belum kembali dalam fitrah islami meski sudah banyak sekali isyarat dan keadaan yang mengajak mereka selama ini.
Sebagai selemah-lemah iman seorang hamba, aku hanya bisa berdoa, karena Allah Maha Mendengar, Allah Maha Kuasa atas terbolakbaliknya hati seorang manusia, doa agar mereka yang sedang dekat denganku bisa mendapatkan rahman dan rahim dari Allah sebagai seorang insan muslim yang utuh, segera. Hanya doa yang bisa kupanjatkan setelah shalat-shalatku semoga pintu hati mereka terbuka menerima tanda-tanda. Doa tanda sayangku pada mereka, berharap semoga ketidakmungkinan itu menjadi mungkin.

Comments

  1. I know i know, ai amiiin kan laah yaa, insyaAllah, siapa yang tau kehendak Allah...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja