Assalamu'alaikum, 2017



Tik tok tik tok tik tok, jarum jam tidak pernah sedetikpun menunggu kita. Tidak disangka 2016 rasanya hanya beberapa kedip mata lalu simsalabim 2017 pun tiba. Setidaknya itu yang saya rasakan.
Hidup saya benar-benar berputar cepat. 2015 lalu saya masih senang-senangnya hidup di negara yang kegunaan setrika agak sedikit diragukan di sana. Lalu penghujung tahun, saya kembali ke tanah kelahiran dengan rasa yang tak lagi sama. 2016 benar-benar membuat saya kewalahan dalam mengartikan kemana arah hidup saya berikutnya. Dan sekarang 2017 hanya berjarak sekali tarikan nafas saja.

Dimulai dari bulan Januari, saya masih terlena dengan euforia seorang yang baru saja lulus, masih bolehlah untuk sedikit bermain dengan hidup. Jadi saya tidak terlalu punya rencana jelas. Begitu seterusnya hingga akhir tahun, saya hanya menjalani segala sesuatu dengan sedikit rencana dan persiapan, hidup saya hanya berjalan mengikuti arus tanpa berusaha melawannya meski ada hal yang tertinggal di belakang.

Memang hidup saya tidak begitu buruk jika dilihat dari luar, malah terkesan sangat bagus. Awal tahun saya sudah mulai mendapat pekerjaan lepas mengajar di universitas setelah juga berhasil menjadi travel-volunteer dan liburan dengan kesayangan. Pertengahan tahun saya malah bisa kembali ke Britania Raya untuk wisuda dan singgah di Istanbul bersama keluarga. Tak lama setelahnya pun saya resmi mendapat pekerjaan tetap, ah begitu indah, tak ada yang kurang tak ada yang perlu disedihkan, tak ada yang perlu dikhawatirkan, bukan? Ditambah lagi, Oktober 2016 saya kembali melancong ke negara seberang dan beberapa hari yang lalu saya baru saja kembali dari kampung halaman yang sudah lama tak saya kunjungi. Benar-benar tahun yang luar biasa.


Namun, hidup sesungguhnya bukanlah apa yang terlihat di luar, hidup sejatinya adalah apa yang terasa dalam jiwa. Dan 2016 sukses membuat jiwa saya bingung dalam kefanaan dunia. Tahun yang menurut kaleidoskop saya terlalu pahit untuk dirasa dan terlalu gersang untuk jiwa.
2016-2017


Saya bahagia? Iya. Bahagia hanya karena saya bersyukur masih bisa hidup enak tanpa perang seperti di Syria dan tetap selamat dari bencana.

Tapi sungguh 2016 terasa sekejap saja karena banyak sekali hal yang saya ingin lakukan tidak terlaksana, banyak kebahagiaan dalam definisi saya tidak terwujud, banyak kejadian yang terlihat indah namun sejatinya menambah cuka di atas luka. Banyak prinsip hidup yang tak lagi bisa terjaga, dan tentang cinta, semakin tidak jelas saja.


Saya seperti masuk ke dalam perangkap yang saya buat untuk saya sendiri dan begitu sulit untuk lepas dari jeratannya. Akibatnya saya diam saja tanpa berbuat hal yang sebenarnya bisa menolong saya. Hal ini pula yang menurut saya menjauhkan kedekatan seorang hamba dengan Tuhan-Nya.



Makanya, saya sungguh-sungguh berharap tahun 2017 yang tinggal beberapa jam lagi ini bisa membuat saya bisa tersenyum lagi seperti dulu, sebuah senyuman yang terlukis karena rasa bahagia yang datang dari lubuk jiwa. Secara umum, saya hanya ingin menjadi lebih berani dan tegas dalam mengambil keputusan, menentukan skala prioritas, menolak hal yang nggak ‘menguntungkan’, dan konsisten.


Soal resolusi, saya rasa saya tidak akan menuliskannya di sini, ada beberapa resolusi 2015 dan 2016 yang masih tertunda, dan ada resolusi baru yang saya harap bisa terwujud. Sedikit pelajaran yang saya petik adalah bahwa selain membuat resolusi yang jelas, ternyata saya juga harus membuat waktu dan cara yang terukur untuk mencapainya. Bukan sekedar tulis begitu saja.

Satu lagi pelajaran besar untuk menghadapi ujian 2017 adalah dengan menjadi pribadi yang bisa dipercaya tapi tidak pernah benar-benar percaya kepada siapapun!

Godspeed, Ana!

Comments

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja