Selalu Ada Tuhan

Menulis itu candu, setidaknya itu yang sering saya alami dan khusus untuk tulisan lepas seperti ini. Namun lain halnya kalau tulisan ilmiah berat seperti skripsi, tesis, dan disertasi, saya paling anti. :D

Setelah dua tulisan selesai, bahkan sudah jam segini, pikiran saya terus minta untuk ditumpahkan ide yang dimilikinya. Jadi, saya berdamai sajalah, toh saya menulis untuk menenangkan pikiran saya, bukan orang lain..hehehe

Kali ini saya akan membahas tentang orang-orang jahat yang sombong. Kenapa saya menambah kata sombong? Bukankah jahat saja cukup jelas untuk mengatakan bahwa mereka tidak punya hati?

Begini alasannya.

Beberapa waktu yang lalu saya dijahati oleh Rangga .  (Rangga, apa yang kamu lakukan ke saya itu..ja..hat! ) 
Plakk!! Tepok seRangga!! Soalnya saya bukan Cinta, jadi bukan Mas Rangga yang saya bicarakan. (Ini apa? Okesip, mulai ga fokus, tanda nulis tengah malam).

Balik lagi, saya dijahati oleh seseorang yang tidak terpikirkan sebelumnya bahwa dia akan sejahat itu sama saya. Saya katakan dia jahat karena selama ini saya bisa dikatakan selalu baik kepadanya. (Harap bersabar, ini ujian!). Saya pun selalu berpikiran positif tentangnya. Tapi, nyatanya saya dijahati :')

Menurut saya, dia cukup sombong untuk menjahati saya. Kenapa saya bilang sombong? Karena dia mengabaikan Tuhan dalam kejahatannya. Dan dia telah lupa bahwa sekali ia mengabaikan Tuhan, selamanya ia rugi. Ia lupa ada Tuhan yang Maha Adil, Maha Kuasa, Maha Melihat, dan Maha Penyayang.

Lebih spesifik, kejahatannya adalah berbohong dengan 'rapi'. Saya katakan rapi, jika mau berlogika dengan mengabaikan Tuhan, saya tak akan pernah tau kebohongannya.

Namun, akan selalu ada cara Allah menunjukkan sesuatu jika Ia berkehendak, ada saja cara untuk membongkar kebenaran. Well, it is indeed amazed me! Kun fayakun happened!

Seketika juga saya tau semuanya. Saya kecewa, saya marah dan saya terluka karena saya manusia. Terlebih tidak pernah terlintas di benak saya sebegitunya sebuah realita. Dan entah apa salah saya padanya hingga ia setega itu kepada saya.

Tapi, saya akhirnya bersyukur bahwa Allah membuka mata saya di saat yang tepat. Saya lantas memilih diam dan memaafkan.

Kenapa? Bukankah ia sangat pantas ditampar dengan kenyataan yang baru saja saya dapatkan?
Karena saya yakin, memaafkan jauh lebih baik, maaf bukan berarti kalah.

Lagipula, saya ingin tau sampai sejauh mana dia ingin menipu saya, jadi saya diam saja. It is always fun to listen to lies when you already know the truth. 

Balik ke sombong. Sombong ternyata memang bahaya apalagi sampai melupakan keberadaan Tuhan. Dan berhati-hatilah saat berbuat jahat lagi sombong, karena bisa jadi yg dijahati adalah orang yang Tuhan sayangi. You'll see what God will do to you when you hurt His loved ones.

Satu lagi, saya tidak perlu capek-capek membalas karena dia akan menuai apa yg ditanamnya sendiri. Saya cuma berdoa, semoga dia sadar!

Blang Krueng, 1:01 a.m.

Comments

  1. emang lebih sakit dijahati sahabat sendiri dibanding orang lain. tapi kadang-kadang nobody can predict the future..

    tetep sabar aja ana, insyaAllah ada hikmahnya :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja