Bunuh Diri

Judulnya serem ya? Well, seserem apapun judul di atas, saya rasa fakta dan data yang terjadi di dunia lebih menyeramkan lagi. Bunuh diri adalah satu hal yang sudah sangat sering terjadi di berbagai belahan dunia namun seakan masih tabu untuk dibahas. Pelakunya saat ini bukan saja di kalangan remaja, dewasa hingga orang tua pun kadang melakukannya dengan berbagai dalih mulai dari hal-hal 'kecil' menurut kita seperti malu karena keadaan diri (both physically and mentally), melakukan kesalahan tertentu, lelah hidup ditinggal pacar atau suami/istri, depresi, hingga faktor 'besar' seperti sudah lelah dengan ketergantungan obat-obatan atau bahkan faktor konyol seperti coba-coba atau ikut challenge bodoh yang tidak mendidik sama sekali yang banyak kita jumpai dewasa ini.

Lalu kenapa ada orang yang masih bisa bertahan dengan hidupnya dan ada orang yang menyerah dan memilih mengakhiri hidupnya? Ada beberapa jawaban terkait hal ini, baik dari segi religi maupun psikologi. Saya bukan orang yang ahli agama dan saya tidak kuliah di jurusan psikologi, jadi apa yang akan saya bahas ke depan adalah murni menurut opini pengetahuan saya yang saya miliki.

Sebelum membahas tentang hal yang saya sebutkan tadi, saya ingin mengutarakan sebuah opini. Menurut saya, bunuh diri itu ada dua tahapan, yaitu:
1. Stage 1: Mentally suicide.
Ini adalah tahap pertama sebelum seseorang benar-benar memutuskan melakukan tindakan yang melukai fisiknya. Di tahap ini seseorang yang sudah sangat lelah dengan segala macam kejadian dalam hidupnya, yang sudah mencoba untuk bertahan beberapa kali namun gagal lagi, seseorang yang sudah mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan masalahnya tapi nihil hasilnya, yang seakan terus berada dalam lingkaran yang sama akhirnya menyerah dan lelah. Saat ini adalah early stage of suicide. Dia telah membunuh dirinya secara mental. Nuraninya telah berputus asa. Tidak ada lagi harapan yang dia miliki karena dia sudah tidak percaya apapun lagi. Berbagai cara telah dia lewati namun tak ada hasil yang berarti malah semakin dalam melukai. Kalaupun fisiknya masih hidup, dia hanya menjalani hidupnya seperti robot saja, tidur makan dan beraktivitas seadanya namun hatinya sejatinya telah tiada.

Pada tahap ini, sangat besar kemungkinan untuk menyelamatkan penderita namun kita seringkali gagal membaca pertanda. Menurut hemat saya, lingkungannya lah yang pada akhirnya mendorongnya untuk sembuh atau malah mati. Orang-orang terdekat harus bisa sedikit peka dengan korban, jangan malah menyalahkannya dengan apa yang telah terjadi, jangan juga memberi harapan klise. Dengarkan dan jangan anggap aneh apa yang dia pikirkan. Pahami dan terus dampingi.

Untuk penderita, saran saya jika lingkungan seperti itu tidak ada, maka ciptakan. Pergi ke tempat-tempat yang membuatmu mensyukuri hidup, bantu orang yang kekurangan, bersedekah, dan jika butuh, bersenang-senanglah sejenak dan nikmati hidup dengan positif. Karena mungkin kita lupa merasakan kebahagiaan karena terlalu lama terpuruk.

Dekatkan diri dengan Tuhan juga merupakan cara yang paling baik, jangan semakin keras kepala dan menuduh Tuhan jahat hanya karena kita belum mendapat hikmahnya karena keterbatasan ilmu yang kita miliki. Dekati Tuhan sampai kita mengerti.

2. Stage 2: Phisically suicide
Ini adalah tahap lanjutan dari mental yang tak tertolong tadi. Semuanya terlihat tak ada harapan dan lelah bersabar sehingga mengambil tindakan yang mengambil nyawanya secara fisik dan mental. Tahap ini lah yang sering kita sebut sebagai bunuh diri. Tahap dimana kita terlambat sadar bahwa korban butuh 'perawatan'. Beruntung jika usaha bunuh diri tersebut gagal, beruntung jika Tuhan masih membiarkannya mengambil ibrah, lalu tak jadi mati. Beruntung jika ia masih terselamatkan secara medis.

Dalam tahap ini, korban selamat harusnya terus diyakinkan bahwa hidupnya sangat berarti dan masih banyak orang yang membutuhkan kehadirannya. Masih banyak orang yang menyayanginya. Dan untuk korban, cobalah menerima kesempatan hidup yang masih diberikan dan fokus pada kebermanfaatan diri untuk sekitar, fokus pada kasih sayang tulus dari orang2 yang selama ini kita abaikan karena terlalu fokus pada masalah hidup yang sebenarnya mungkin hanya 'pendatang baru' yang jahat dalam hidup kita.

Well, memang apa yang saya bahas ini tidak sepenuhnya menyelesaikan. Namun besar harapan saya agar kita lebih sadar dan peduli dengan sekitar kita. Showing off your affection to loved ones is never wrong.

Satu hal lagi yang ingin saya tulis adalah bahwa saya bersyukur Allah telah mengkategorikan bunuh diri sebagai dosa besar. Dosa yang jika dilakukan akan berbuah neraka. Karena Allah saya hamba-Nya. Allah tidak ingin kita terpedaya oleh pemikiran sesat sesaat sampai menyia-nyiakan nikmat terbesar yang diberikannya: hidup. Sehingga bagi kita yang percaya, bunuh diri tidak akan pernah menjadi solusi sepahit apapun kejadian yang menimpa diri. Amin.

Lebih lanjut, jauh sebelum dosa besar bunuh diri, Allah berulang kali berfirman dalam al-Quran untuk melarang hamba-Nya berputus asa dari rahmat Allah. Sebuah ajakan preventif sebagai solusi dari mentally suicide. Sungguh, manual book yang telah Allah turunkan kepada kita sangat halus budi bahasanya, sangat cocok untuk penggunanya, jika kita mau menaati-Nya.


Comments

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja