Agama: Antara Logika dan Hati

Postingan ini terinspirasi dari sebuah postingan di dunia maya oleh sebuah akun yang saya ikuti tentang ketidaksetujuannya dengan pendapat orang terdekatnya bahwa beragama itu harus dengan hati. Ia yakin bahwa beragama harus dengan logika. Saya tau kemana arah pembicaraannya. Tetapi tetap saya sukai postingannya.

Ditambah lagi dia menambah dua balasan atas postingannya tadi.. Pertama dia mengatakan bahwa Tuhan itu memberikan kita akal, jadi harus dipake.

Well,  balasan selanjutnya agak tendensius, saya kurang suka sih, karena seolah-olah orang yang tidak berada di logika yang sama dengan miliknya adalah orang yg ga mikir, ga logis, ga pake otak. Lucu sih bagi saya. Tapi tak perlu saya tanggapi di sana lah.

Yang akan saya bahas adalah saya setuju jika kita beragama maka kita harus menjalankannya dengan logis. Pakai otak. Pakai logika. Kenapa A, kenapa B, kenapa tidak C, kenapa harus D?

Bahkan Allah dalam Al-Quran berulang kali mengulang frase "afalaa tatafakkaruun" atau "afalaa ya'qiluun?" yang artinya "apakah kamu tidak berfikir/berakal?"
Atau ayat lainnya dalam ar-Rahman yang menyuruh manusia untuk menjelajahi alam semesta ciptaan Allah yang semuanya itu tidak mungkin dicapai jika tidak dengan ilmu. Subhanallaah.

Jadi, saya sangat setuju dengan akun tadi. Kalau hanya dengan hati, maka lemah sekali keimanan kita.


  • Namun, pernahkah kita berfikir jangan-jangan logika kita selama ini salah? Mis-logic? Just because we couldn't accept the reality, then we claimed it as an illogic. Non sense. Or just because we stupidly couldn't climb to higher level of logic, or we arrogantly closed our ears to other opinions, then we selfishly called them dumb?stupid? So, who is fool here?


Ingat, Allah sudah mengatakan bahwa ilmu-Nya sangat luas, dan yang dianugerahkan-Nya untuk kita cuma sedikit kit kit. Jangan sombong kita manusia. Allah menyuruh kita berfikir, tapi juga mengingatkan kita bahwa ilmu-Nya sangat luas, dan kadang logika kita tidak sampai kesitu. Jangan samakan logikamu dengan logika Tuhanmu. Kadang apa yang Allah perintahkan tidak masuk ke logika kita, tapi apa salahnya menjadi hamba yg taat?

Orang-orang terdahulu tidak tahu betapa hebatnya manfaat shalat, puasa untuk kesehatan. Mereka tidak tau bahwa kisah dua air yang tidak menyatu di lautan itu benar-benar ada. Tapi mereka sami'na wa atha'na. Karena mereka yakin, itu benar adanya dan manfaatnya ada bagi mereka. Karena yang memerintah adalah yang menciptakan. Sang Pencipta cukup tau apa yg terbaik untuk ciptaan-Nya. Karena yang menyampaikan adalah orang yg jujur dan amanah diakui oleh penganut ajaran apapun. So?

Maka saya di sini juga tidak akan membantah kata orang terdekatnya tadi tentang hati. Ya, tanyakan pada hati, hati biasanya yg paling bisa menjawab benar dan salah. Hati yang belum terkontaminasi, hati yang bisa menjadi pengingat diri, pelurus pikiran yang sudah tak logis lagi.

Tanyakan hati kita, seberapa dekatkah kita dengan Tuhan? Bagaimana shalat wajib kita? Bagaimana puasa kita? Bagaimana ngaji kita? Ataukah kita yakin dengan statement bodoh semakin banyak ngaji semakin berpotensi jadi teroris?
Bagaimana ketaatan kita terhadap perintah wajib lainnya? Bagaimana selama ini kita benar-benar menjauhi hal yg haram? Adakah kita berusaha menambah ilmu akhirat sebanyak membaca jurnal ilmiah?

Jika memang hati masih membantah dan tak jadi lembut, mungkin bisa jadi kita ada di agama yang salah. You choose! Agama itu bukan mau enaknya saja, loh! Ga enaknya (versi manusia yg serba terbatas kapasitasnya dan banyak nafsu) juga harus dijalankan karena akhirnya untuk kebaikan kita.

Bagaimana Tuhan mau sayang sama kita jika kita malah lebih mendengar omongan orang daripada perkataan-Nya? Bagaimana bisa kita menafsirkan sembarangan perkataan-Nya tanpa belajar ilmu tafsir dan hanya modal logika? Ah, saya lupa, ini kan dunia googling.
Tapi, jika google bilang kita sakit X saat kita mencari keluhan tertentu di badan, kita masih ragu karena bukan dokter yang bilang. Nah, ketika orang ahli dan belajar dan dapat gelar agama ngomong malah kita bantah mentah-mentah, duh!

Saya bukan sarjana agama, saya hanya mencoba belajar dari orang yang lebih dulu belajar dari saya dan tidak meremehkan ilmu mereka. Saya juga masih menganggap akun-akun yang berseberangan dengan paham saya itu akun orang-orang terpelajar, tapi terpelajar dari sisi mana dulu ni, hehehe. Wallahua'lam!




Comments

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja