Tulus

Well, kali ini dek Ann akan coba buat cerpen singkat tentang pesan yg coba dek Ann sampaikan.. Enjoy!
------------------------------
Matahari sudah cukup sempurna untuk mencerahkan pagi itu dan Sheira pun sudah siap untuk segera memacu Supra X hitamnya menuju kampus. Seperti biasa, Sheira melewati jalan tercepat menurut perhitungannya yang suka sekali baru berangkat ke Fakultas Ekonomi di menit-menit terakhir menjelang kelas dimulai.

Meskipun matahari cukup terang, namun sisa hujan lebat semalam masih tinggal membuat genangan besar di jalan yang dilaluinya. Banjirnya tidak terlalu dalam, masih bisa dilewati motor tapi tak bisa dilewati pejalan kaki jika tak ingin basah dari lutut ke bawah.

Saat itu pula Sheira melihat sesosok pria di depannya sedang kebingungan mencari jalan agar ia tak basah melewati banjir lokal itu.

"Eh, elu ternyata! Yaudah sini bareng gue aja" Ternyata pria tadi adalah Riki teman sekelas Sheira.

"Gak apa2, Ra.. Gue bisa kok jalan lewat tepi2 got ini" Riki mencoba menolak meski sebenarnya alasannya kelihatan tak masuk akal.

"Ya ampun lo sama gue aja sungkan, yuk ah, lo mau basah sampe kelas..lagian ga mungkin lo mutar balik lewat jalan satu lagi ini udah keburu mau masuk" Sheira mencoba meyakinkan temannya.

"Hmm..okelah.. Tapi gue yang bawa motor ya" Riki setuju.

"Haha..jelas donk..mana mau gue ngebonceng cowok..kebalik kali".

Dan hari itu mereka tiba juga di kampus tepat 5 menit sebelum dosen masuk. Sheira tidak tahu bahwa sejak pertolongan tulusnya tadi Riki mulai menaruh hati padanya. Sheira malah cuek2 saja setelah kejadian itu karena memang dia tulus menolong temannya yang sedang kesusahan.
Sementara Riki terus saja terpikir tentang Sheira yang telah menolongnya.

Tentu saja Sheira tak punya waktu sedikitpun mengingat itu karena ternyata Sheira sudah punya pacar yang sedang berada di luar negeri untuk studi sehingga tak banyak teman kampus yang tau tentang itu.

-------------------------------
Kita tidak pernah tau kapan sikap baik kita dapat menyentuh bagian hati terdalam seseorang meskipun kita tak pernah berharap apapun tentang kebaikan yg kita beri. Dan memang sikap tulus itu seringkali berbalas lebih daripada seharusnya dibandingkan kebaikan yg dibalut modus.

Kadang kita menganggap sikap baik seseorang itu adalah bentuk perhatian dia untuk kita. Padahal mungkin dia memang baik ke semua orang tanpa menspesialkan.
Kita sudah uring-uringan siang malam menimbang rasa malah yg kita pikirkan tak ada waktu untuk sekedar melirik kita. Malah yang lebih parah dia sedang melukis masa depannya bersama yang lain.

Hidup kadang selucu itu. :)

Comments

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja