Memangnya Kenapa Kalau Nggak Shalat?

Sepohon kayu daunnya rimbun. Lebat buahnya serta bunganya...
Walaupun hidup seribu tahun, kalau tak sembahyang apa gunanya...

Pernah suatu ketika dek Ann berkata kepada teman dek Ann yang muslim seperti ini:

“Sob, kamu itu baik, ya sejauh yang aku kenal kamu orangnya gak neko-neko dan senang berbuat kebaikan, tapi satu hal yang ga aku suka dari kamu, kamu itu, udah sebesar ini, udah mukallaf, tapi shalatnya masih bolong2”

Teman dek Ann yang baik hati itu pun tidak berkelit dengan apa yang dek Ann katakan barusan. Yah seperti dek Ann baru saja bilang, dia memang orang yang baik, jujur pula. Namun dek Ann tau, meski dia merasa tanpa beban mengakui bahwa shalatnya masih bolong2, jauh di dasar hatinya ada rasa malu. Dia juga menyebutkan beberapa alasan kepada dek Ann kenapa ia demikian, yang ya pada akhirnya dek Ann tetap tidak terima namun dek Ann mencoba menjelaskan kepadanya kenapa dek Ann tidak setuju dengan alasan-alasannya.

“Sob, kita ini muslim, memang kita muslim keturunan, yang artinya kita tidak membuat pilihan seperti para muallaf. Namun, hal itu juga patut kita syukuri karena bisa jadi kita tidak akan merasakan indahnya Islam jika tidak dilahirkan dari keluarga muslim. Jadi sob, selaku muslim, sudah sepantasnya kita menjalankan kewajiban kita kepada Allah”


“Sob, kalau aku boleh ngomong sedikit keras, simpelnya gini loh, kamu itu baik, tapi kebaikan kamu itu akan sia-sia loh jika kamu nggak shalat, atau shalat bolong2, mending kamu jadi orang jahat aja sekalian, hehe tapi jangan juga :D”


“Shalat itu krusial banget loh bagi seorang muslim, amalan yg pertama dihisab adalah shalat, dan jika shalat tidak beres, maka amalan lainnya juga akan sia-sia saja, istilahnya semacam prasyarat masuk syurga. Kalau prasyarat terpenuhi, maka baru boleh ambil tiket masuk dengan syarat dan ketentuan berlaku. Ini yang sudah sering orang lupakan, Sob. Bahkan saking pentingnya itu shalat, sedang sakitpun kita wajib shalat, tidak bisa berdiri, duduk, tidak bisa juga maka dengan berbaring, kesulitan juga, maka telentang, cukup sukar juga, maka dengan isyarat, kalau nggak juga maka udah saatnya dishalatkan”

“Kita udah gede, udah baligh, mukallaf, terbeban hukum Islam, maka kita pun bukan anak2 lagi yang masih dimaafkan jika bolong2 shalatnya”


Dialognya memang tidak sepenuhnya seperti yang dek Ann tulis, namun isinya kurang lebih sama. Dek Ann menyayangkan sekali ada teman dek Ann yang sangat baik kepada orang lain, peduli sesama, tetapi ternyata dia tidak peduli terhadap dirinya sendiri. Tidak peduli apakah amalnya kelak akan berguna. Tidak mau meluangkan waktu sebentar saja untuk shalat. Sebenarnya shalat2 kita adalah buat kita sendiri, Allah tidak akan bertambah suatu apapun atau berkurang suatu apapun jika kita shalat atau tidak karena Allah Maha Sempurna.

Percakapan ini sebenarnya udah lama. Suatu percakapan di warung makan. Namun dek Ann rasa bagus juga kalau dibagi di sini, semoga bisa bermanfaat. Semoga kita selalu dimudahkan untuk melaksanakan shalat. Aamiiin.
image from: dakwahmakassar.wordpress.com




Note: Shalat yang dimaksud di postingan ini adalah shalat wajib 5 waktu ya :)

Comments

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja