Nikah dan Jodoh

Satu kata yang sudah terlalu sering saya dengar, baik dari undangan yang berseliweran di dunia maya dari teman-teman saya ataupun dari ucapan dan tulisan yang terus-menerus seakan tak ada jedanya meneror saya hingga saya memberanikan diri untuk menulis postingan ini.

Saya bukanlah orang yang tidak setuju dengan nikah muda, bahkan saya pernah bercita-cita untuk menikah muda semasa kuliah dulu namun ternyata cita-cita itu bukanlah yang terbaik bagi saya. Hal ini perlu saya tegaskan di awal agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara kita.

Tahukah kalian bahwa menikah muda, menikah di usia yg menurut kalian ideal, menikah di usia yang menurut masyarakat pantas itu tidak bisa dilakukan oleh semua orang? Kadang ada yang tidak mau, namun tak jarang pula yang mau namun tak bisa.

Perlu kalian pahami bahwa tidak semua orang bisa bertemu jodohnya dalam rentang usia yang telah ditetapkan bersama oleh masyarakat kita yang entah siapa ketuanya saat konvensi itu terjadi. Bukankah dia bisa berusaha? Dijodohkan misalnya? Atau menjalani proses ta'aruf? Perlu juga kalian pahami tidak semua orang berhasil dijodohkan bahkan ketika seseorang sudah menembus batasnya, memangkas beberapa kriterianya, that way still doesn't work on that person so PLEASE STOP BLAMING THE PERSON! Stop blaming him or her not trying, too selective, blah blah blah...

Perlu juga kalian melihat dari sisi orang-orang yang memang tidak bisa menjalani proses ta'aruf bukan si orang tersebut yang tak mau. Tidak semua orang nyaman dengan proses tersebut, tidak semua orang berfikir bahwa itu jalan terbaik.

Jalan cerita seseorang bertemu dengan jodoh sejatinya itu pasti berbeda dengan yang lain. Meskipun ada benang merah yang bisa digeneralkan ke dalam kelompok-kelompok besar misalnya ada yang dijodohkan, ada yang pacaran, ada yang bertemu begitu saja di jalan, dan lain-lain, tetap saja jika kita melihat lebih dekat ada cerita unik yang berbeda setiap orangnya.

Jalan cerita juga berhubungan dengan waktu. Ada orang yang harus bersabar, ada orang yang terus meragu, ada orang yang tanpa menunggu tanpa meragu, dan berbagai kombinasi lainnya yang menyebabkan waktu yang telah disepakati bersama oleh masyarakat kita tadi tidak bisa dijadikan patokan.

Perlu kalian tahu jika kalian punya iman, seharusnya kalian berhenti menzalimi teman-teman yang masih sendiri karena Tuhan sudah menggariskan takdirnya dan pastinya beda dengan kalian. Perlu juga kalian garis bawahi dan jika perlu ditebalkan bahwa saat ini ada satu hal yang saya takutkan akan terjadi dan menurut cerita yang saya dengar pernah terjadi, so what's that?

Jangan sampai karena orang-orang terus saja mencerca pertanyaan yang sama, seseorang yang dicerca akhirnya lelah dan dia menikah. Loh bagus kan? Wait, ternyata dia menikah dengan seseorang yang sama sekali bukan kriteria dia, sangat berbeda jauh dengan apa yang diimpikannya, bukan kebahagiaan untuknya. Kenapa? Karena dia lelah dengan kalian, karena dia tak sanggup lagi terus dihantui setiap malamnya. Lalu? Mungkin baik jika akhirnya jika bisa tegas bercerai dan memilih yang seharusnya dia pilih daripada akhirnya hidup menerima namun sebenarnya tak bahagia. Maukah kalian bertanggung jawab atas kebahagiaannya? Atau atas perceraiannya? 

(Sorry to say that divorce is better but please think twice, I don't mean to ask people to divorce. It's better, however, to stay in a marriage especially when there are children, but once again, everyone has the right to be happy and divorce is the last bullet to shot. It is halal but not something that Allah loves. What I wanted to say was to make people think the effect of forcing someone repeatedly)

Dan ini sebenarnya berlaku bukan hanya tentang pernikahan, memilih pekerjaan pun sama. Jangan sampai ada orang yang akhirnya bekerja tapi sebenarnya dia tidak bahagia, jangan sampai orang akhirnya memilih jalan pintas untuk bekerja di tempat-tempat yang menentang imannya hanya karena tuntutan dan tekanan iseng yang sebenarnya tidak begitu serius terucap namun hanya saja sering terlafal.

Comments

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja