Ulang Tahun

Bagi sebagian besar orang, ulang tahun adalah momen penting dalam hidupnya; suatu titik yang sering dijadikan waktu untuk merefleksi dirinya bagi mereka yang menganggap penting hidup yang telah diberikan Tuhan untuknya namun juga tak jarang orang merayakan hari kelahirannya dengan berlebihan, pesta sampai dini hari, tak ada makna selain kebahagiaan semu.

Bagi saya, seiring bertambah usia, ulang tahun bukan lagi menjadi sesuatu yang harus dirayakan meski tetap saya ingin ulang tahun saya diingat oleh orang-orang terdekat, lebih senangnya lagi jika ada kado. Ada rasa bahagia yang terselip di hati ketika tanggal keramat tersebut menjadi momen penting sehingga ada orang-orang yang menyempatkan untuk sekedar mengucapkan selamat, atau bahkan ada yang rela untuk memperlambat tidurnya malam itu hanya untuk menunggu jam 00:00 agar bisa menjadi yang pertama untuk mengucapkan selamat.

Berbeda jenjang usia, berbeda pula kesan ulang tahun. Saat saya masih berusia satu angka, rasanya ada kue dan banyak bungkusan kado dari teman-teman sekelas adalah hal yang paling membahagiakan. Apalagi jika ada pesta kecil-kecilan sambil ada permainan bolak-balik kaset tentunya ulang tahun sudah sangat seru sekali rasanya.

Menginjak usia belasan, kado yang banyak bukan lagi hal yang penting tapi ucapan yang menggunung menjadi hal yang sangat esensial bagi saya. Pernah saya kecewa sekali saat seisi asrama tidak peduli dengan ulang tahun saya yang ternyata akhirnya saya tau mereka hanya berpura-pura saja untuk membuat kejutan pada malam harinya. Saat itu, ulang tahun belum menjadi titik refleksi diri bagi saya, hanya sebuah perayaan saja. Lalu kembali hidup normal lagi setelahnya.

Memasuki usia dua puluhan, terutama setelah melewati seperempat abad, entah kenapa yang saya rasakan malah campur aduk, sedih dan senang saat bersamaan. Senang bahwa saya masih diberikan kehidupan lengkap dengan segala kenikmatan dari Tuhan tapi di sisi lain saya merasa saya bahwa usia ini adalah sesuatu yang harus saya pertanggungjawabkan nanti. Dan saya merasa masih banyak sekali kesalahan yang harus saya perbaiki, dan ada kegalauan hati yang belum selesai saya obati. 

Walaupun begitu, tetap saja, ulang tahun hanya sehari, setelahnya euforia hari lahir itu juga akan hilang. Hidup berjalan normal lagi, tak ada lagi perhatian lebih dan berlebihan. Kadang saya terpikir alangkah indahnya ulang tahun setiap hari, dimana orang rela begadang dan lebih perhatian hanya untuk kita seorang. Tapi bukankah itu pemikiran yang egois? Dan bukankah jika setiap hari ulang tahun maka saya akan lebih cepat tua? Memikirkan terlalu cepat menua tapi belum hidup berdua dengan si dia itu seram sekali rasanya. (Apasih?)

Comments

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja