Sabang, Part I: Desember 2015

Saya rasa saat ini motivasi saya menulis berkurang, padahal banyak sekali hal-hal yang ingin saya tinggalkan jejaknya di blog ini. Jadi berhubung malam ini ada sedikit niat yang harus segera diselamatkan biar ga berubah jadi kemalasan, akhirnya saya mencoba menulis lagi. Dimulai dari pengalaman saya ke Sabang.
---------
Sabang, dulu saya pernah mengikrarkan janji konyol kepada diri saya sendiri dan sempat saya tulis sebagai status di facebook. Janji yang dengan susah payah saya jaga namun kemudian teringkari juga karena memang konyol adanya.

Setelah cukup kenyang menerima pernyataan senada ejekan tentang orang Aceh yang nggak pernah ke Sabang akhirnya saya memutuskan mengunjungi Sabang pada akhir tahun 2015 bersama keluarga (bukan suami dan anak). Saat itu ada libur panjang yang ternyata juga membuat kami tidak bisa menyebrangkan mobil ke pulau Sabang. Alhasil kami beli tiket penumpang saja dan di sana dijemput oleh saudara. Kapal penyebrangan yang kami naiki adalah KMP BRR. Singkat cerita, tiba juga saya di balohan, Sabang. Air lautnya memang jernih sekali. Saya suka saya suka.

Di pelabuhan, kami sudah ditunggu oleh saudara dijemput secara istimewa pake mobil box aqua. Benar-benar pengalaman pertama yang tak akan terlupakan. Seru sekali rasanya, apalagi di dalamnya sudah disediakan teh botol dan aqua, serasa liburan disponsori perusahaan besar itu, hahaha. Belum lagi semilir angin yang masuk dr bagian belakang dan samping mobil box yang terbuka, rasanya bagai terkena AC surga. Setiap orang yang memandang aneh ke arah kami karena mungkin mereka mengira aqua kok udah berubah jadi manusia pun jadi segan sendiri setelah kami tatap balik dan ajak naik mobil mewah kami. Mereka yang tadinya ingin mencibir jadi malu sendiri dan seperti iri karena kami sama sekali tak malu malah menikmati. Bahkan ada yg grogi setelah kami tatap lama2 dari mobil. Hahaha.

Highlights pengalaman pertama saya lainnya adalah akhirnya saya menerima juga kalau kulit saya harus kembali hitam setelah hati-hati sekali menjaga kecerahannya sepulang dr UK. Tak lain karena rindu saya untuk memeluk air asin lebih besar dari segalanya. Akhirnya, sumur tiga lah yang menjadi saksi kulit saya kembali dicium semena-mena lagi oleh sang mentari. Lalu, kami juga mengunjungi Gapang, Iboih, Kilometer Nol, tapi rasanya kurang seru karena terlalu banyak orang yang juga sedang liburan. Huft. Belum lagi saya harus menerima kenyataan saya harus puyeng dan muntah karena sepertinya saya makan mie kadaluarsa. Benar-benar tidak enak sekali rasanya.

Demikian pengalaman pertama saya ke Sabang, sebuah keputusan untuk mematahkan janji dan melupakan mimpi konyol yang pernah saya buat sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja