Sabang, Part II: Januari 2016

Siapa sangka langkah pertama saya ke Sabang ternyata hanya berselang beberapa minggu untuk mencapai langkah kedua. #kelass
Rasanya saya benar-benar menghancurkan dan mengejek janji saya itu. Seakan-akan kenyataan ini menjadi bukti bahwa janji konyol itu harus dibuang jauh-jauh dari mimpi saya. Hahaha.. Ana..Ana..
---
Sebenarnya saya tidak ingin secepat ini kembali ke pulau surga itu. Selain karena bekas sengatan matahari gak hilang-hilang, rasanya ini terlalu cepat saja. Tapi, niat ingin berbagi pengalaman dan mencari teman baru membuat saya kembali menjelajah Sabang.

Program saya ke Sabang kali ini bernama Travelish. Sebuah program yang sangat bagus inisiasi dari adek-adek kece bernama Nanas, Ikram, dan Ibnu. (Ya ampun, udah banyak aja koleksi adek2 ternyata, rupanya saya nggak muda lagi). Programnya mengajak kita untuk cas cis cus bahasa Inggris sambil liburan di Sabang. Meskipun liburan, tetap ada program yang jelas yang harus diikuti peserta dan difasilitasi panitia dan kakak mentor.

Bahagia sekali rasanya punya kesempatan berbagi sama mereka. Teman-teman baru yang seru, apalagi pas sekali ada Polish yang ikut bersama kami. Bulek yang suka kali sama ikan bakar. Yang pinter bahasa Spanyol dan mau berbagi ilmunya itu. Oya, kami panggil dia dengan sebutan bang Man. Bang Man ini mirip sekali sama Mark Zuckerberg sampe-sampe kasir warkop Tosaka pangling dan keringat dingin pas ketemu si doi.

Perjalanan ke Sabang yang kedua ini kami menginap di rumah sewa. Cukup asik dengan fasilitas AC dan kamar mandi di dalam. Ada mushalla dan yang punya juga ramah. Apalagi ada dek Fadhli yang lucu dan senang belajar bahasa Inggris. Rumah ini terletak dekat sekali dengan Pantai Kasih. Kalau lagi galau bisa lah sebentar kulari ke pantai kemudian teriakku.

Hari terakhir sebelum pulang, kami traveling ke Gapang, kilometer Nol, dan Iboih lagi. Di Gapang kami cuma mengambil beberapa foto bersama dan selfie pastinya. Lalu dilanjutkan ke kilometer nol. Bang Man yang ngidam kelapa akhirnya pesan ie u sambil beberapa teman memesan rujak kakak itu yang ada boh meurianya. Enak loh rujak kakaknya, kedainya yang ada tempat bikin sertifikat sudah berkunjung ke kilometer nol. Kami nggak bikin lagi karena udah order sama yang punya rumah sewa.

Destinasi berikutnya adalah Iboih. Dalam perjalanan kesana, ternyata bapak supir mulai ngambek karena kami ngomong bahasa Inggris. Beliau tidak mengerti bahwa kami sedang dalam proses belajar dan bukannya ingin sok-sokan. Tapi yasudahlah, akhirnya kami mengalah soalnya si bapak mulai tidak teuploh lagi mukanya. Untungnya di Iboih kami ceria lagi, apalagi setelah saya bertemu dengan penyedia jasa alat snorkeling yang ternyata satu desa dengan saya di Aceh Besar. Jadilah kami hari itu dapat diskon. Hehehe.

Sayangnya, saya tidak bisa ikut snorkeling kali itu. Sedang banjir-banjirnya sodara sodara. Bisa jadi merah sepulau Rubiah. Hehehe. Akhirnya saya jadi penjaga barang-barang berharga teman-teman yang snorkeling saja sambil menikmati indahnya laut Tuhan. Bahkan si bang Man pun nitip barangnya ke saya. Duh, nasib yang ga turun ke laut.

Hari itu kami berpisah dengan bang Man. Dia masih melanjutkan liburannya dua minggu lagi di Sabang dan tinggal di bungalow di Iboih sedangkan kami besok harus kembali ke Banda Aceh. Ada juga yang masih tinggal di Sabang, kak Pocut Hayati dan Ina. Jadi mereka masih bisa bermain bersama bang Man sampe ke Gua Sarang sana.

Untung juga kak Pocut masih stay beberapa hari di sana,soalnya ternyata bang Man meninggalkan chargernya di rumah sewa, jadi kami bisa nitip dikembalikan ke bang Man. Padahal bang Man udah double checked barang-barangnya hari sebelumnya tapi tetap aja tinggal.

Kejadian lainnya yang mungkin berkesan bagi para peserta adalah kena tilang sama polisi Sabang. Pagi-pagi udah apes aja mereka. Tapi setidaknya hal-hal begitulah yang mengakrabkan dan menjadi kenangan tersendiri.

Tibalah hari kami kembali ke Banda Aceh. Sebelumnya kami menyempatkan singgah ke tempat pemberhentian kapal pesiar Seven Seas Voyager-The Regent. Setelah narsis di sana kami melanjutkan perlajanan ke pelabuhan. Ternyata kami sudah telat, hampir saja ditinggal kapal KMP Tanjung Burang. Satu motor pun harus tinggal akhirnya karena lambung kapal sudah penuh dengan kendaraan. KMP Tanjung Burang ukurannya jauh lebih kecil daripada KMP BRR. Jadinya agak goyang ketika di laut dengan ombak sorenya itu. Saya pun pusing dan harus tidur sejenak di kapal agar tidak mual.

Singkat cerita, akhirnya sampai juga di pelabuhan Ulee Lheu, dan saya pulang ke rumah bersama Nanas yang dijemput temannya.


Comments

  1. kami tau apa janjinya. gak akan ke sabang klo gak sama s.... ye ken? :p :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha.. kariiinn.. iyaaa tepat sekaliii.. kapan kita meet up???

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja