Kemiskinan, Korban Kejujuran yang Tergerus Zaman

Di pagi Minggu ini dek Ann mau share tentang "jujur".
Adalah beberapa bulan yang lalu dek Ann mengunjungi sebuah kampung kecil di Jawa Timur dengan tujuan belajar. Pernah sekali sebelum masuk kelas dek Ann kelaparan karena belum sarapan, karena itu dek Ann berniat jajan.
Beruntung ada seorang ibu yang berjualan dalam kawasan kursus itu. Pagi itu dek Ann jajanannya mie, jadi makan di tempat jualan itu, soalnya lucu juga kalo makan di kelas.

Sambil menyantap sarapan ala anak kos itu dek Ann ajak ngobrol aja ibu yg jualan. Dari obrolan singkat itu dek Ann jadi tau kalo ibu2 ini sudah banyak makan asam garam gula jawa dan lain sebagainya di dunia perdagangan kecil-kecilan. Beliau sudah lama berjualan di situ. Tapi sangat disayangkan tentang fakta yg dek Ann temukan.

Menurut sang ibu, dulu saat pertama berjualan beliau memang menjaga dagangannya, lambat laun beliau mencoba meletakkan saja dagangan tanpa dijaga. Tahun-tahun awal berhasil. Kantin "kejujuran" beliau banyak membawa berkah karena para siswa juga jujur. Jadi beliau hanya datang mengantarkan dagangan di pagi hari dan mengambil hasilnya di sore hari. Bahkan ada yang tidak sempat membayar di tempat, ada siswa yang ke rumah beliau guna membayar hutangnya.

Namun belakangan miris sekali apa yg dialami oleh sang ibu. Dagangannya memang habis, namun saat beliau menghitung hasilnya, malah rugi yang beliau dapat. Siswa2 yang akhir2 ini belajar di situ sudah berbeda dengan siswa2 yang dulu, mereka mulai mengedepankan perut daripada jujur. Mungkin hal sepele bagi siswa itu tentang recehan yang berusaha dikumpulkan sang ibu, padahal sangat berarti bagi kelangsungan hidup ibu itu. Mungkin sepele bagi mereka tentang kejujuran yg tak lagi diindahkan. Padahal, kejujuran juga kunci kesuksesan. Entah apa tujuan mereka belajar di sana jika jujur saja tak bisa diterapkan.

Singkat cerita, karena sang ibu sudah mulai rugi, akhirnya beliau kembali duduk di lapak jualan dari pagi hingga petang. Padahal dulu waktu2 tersebut bisa beliau gunakan untuk hal lain guna mendukung kehidupan keluarganya.

Begitulah tren dunia saat ini, semakin hari kejujuran semakin dikesampingkan. Lihat saja generasi muda yg sedang belajar pun begitu. Maka tak heran kalau korupsi dimana-mana, saling sikut saling tikung dengan segala cara,berbohong sudah biasa, dan bahkan saat ada yg mencoba jujur dalam hal2 yg sudah dianggap remeh temeh oleh para oknum, orang yg jujur tsb malah ditertawakan, minimal digoda dengan kalimat "jujur amat,sih! Si Amat aja kagak jujur2 amat!" (Kasian si Amat jadi kambing kurban, eh kambing hitam).

Kadang kita lupa kalau Allah Maha Melihat, ada malaikat yang selalu mencatat, dan bahkan kelak anggota tubuhnya juga akan menjadi saksi di hari kiamat.

Comments

Popular posts from this blog

Ngopi Penuh Sensasi

5 Langkah Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Banda Aceh

Hari Pertama Kerja